Warta

Mbah Muchit: Islam Anti Kekerasan

NU Online  ·  Senin, 22 September 2008 | 08:14 WIB

Jember, NU Online
Islam hadir sebagai agama yang rahmatal lil’alamin, memberikan rahmat kepada seluruh manusia. Secara horisontal, missi Islam adalah mengusung perdamaian dan kerukunan. Hidup damai dan rukun adalah salah satu rahmat yang tiada tara. Karena itu, Islam sangat anti kekerasan, baik di luar bulan Ramadhan, lebih-lebih di bulan Ramadhan.

“Nabi telah bersabda bahwa orang Islam itu adalah orang yang tetangganya selamat dari tangan dan lidahnya,” kata Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A. Muchit Muzadi kepada NU Online di Jember, Ahad (21/9) mengomentari masih maraknya kekerasan atas nama agama dewasa ini, baik di dalam maupun di luar negeri.<>

Anti kekerasan, tegas Mbah Muchit, adalah watak yang memang sejak awal melekat dalam Islam. Kendati demikian, dalam moment-moment tertentu kekerasan  diperbolehkan. Contohnya, melaksanakan hukuman yang itu sudah diproses dengan cara yang benar.

“Watak sopan, ramah dan lemah lembut harus senantiasa terpatri dalam jiwa,” kata sesepuh NU itu.

Kekerasan atas nama agama juga tidak boleh dilakukan dengan alasan untuk “mengamankan” bulan puasa. Menurut Mbah Muchit, dari sisi fiqih, kekerasan lebih banyak menyangkut masalah akhlaq atau budi pekerti yang bersangkutan.

“Bagaimana seandainya orang berpuasa tapi masih melakukan kekerasan? Tentu  jawabannya, tidak benar kekerasan dilakukan, lebih-lebih bagi orang yang sedang menjalankan ibadah puasa,” katanya. (ary)