Warta

Masyarakat Mulai Tinggalkan Kiai Tradisional

NU Online  ·  Sabtu, 13 Desember 2003 | 01:39 WIB

Jakarta, NU Online
Penelitian yang dilakukan di Ngawi dan Pamekasan menunjukkan bahwa masyarakat saat ini lebih menyukai kiai yangmempunyai pemikiran rasional daripada kiai yang berpola pikir tradisional.

Hasil penelitian itu diungkapkan DR Arif Darmawan dalam disertasi bertajuk "Demokratisasi Masyarakat Desa di Jatim (Pergeseran Peranan Tokoh Masyarakat Desa - Studi di Ngawi dan Pamekasan" yang diuji di Universitas Tujuhbelas Agustus (Untag) Surabaya, Jumat.

<>

Menurut pria kelahiran Tasikmalaya itu, tokoh-tokoh masyarakat seperti kiai yang berpola pikir tradisional kini mulai memudar kharismanya. "Masyarakat sekarang lebih menyukai kiai yang berpikiran modern dan bisa mengakomodir serta mentransformasi keinginan dan kepentingan masyarakat,"katanya.

Oleh karena itu, katanya, masyarakat sekarang sangat mengharapkan kehadiran kiai-kiai muda karena dinilai lebih rasional dan modern pemikirannya. Di dua daerah penelitiannya itu, fungsi kiai sebagai tokoh kharismatik masyarakat banyak yang digantikan oleh tokoh masyarakat biasa seperti dokter, guru atau bahkan pekerja kantoran.

"Asal mereka bisa mentransformasikan kepentingan masyarakat pasti akan diterima dengan baik. Orang-orang seperti itulah yang saat ini justru dibutuhkan masyarakat level bawah," kata dosen Untag Surabaya itu.

Pergeseran nilai yang diberikan masyarakat kepada para kiai sebagai tokoh yang selama ini disegani, kata Arif, disebabkan keinginan masyarakat untuk "gointernasional."

"Lihat saja di sepanjang jalur Banyuwangi-Pasuruan yang merupakan basis para santri, mereka sudah lazim mengkonsumsi Coca Cola, hamburger ataupun Fried Chicken yang semuanya produk Barat. Ini kan fakta yang tidak bisa dipungkiri kalau umat Islam itu sebenarnya tidak ingin terkungkung cara-cara tradisional," katanya.

Dalam kesempatan itu, Arif menambahkan dirinya memilih kabupaten Ngawi untuk mewakili budaya Mataraman serta Pamekasan untuk mewakili budaya Madura. "Masyarakat Ngawi dan Pamekasan yang dulu menganut paham Guru (kiai)- Ratu (eksekutif) itu kini berubah sebaliknya. Kini, mereka lebih percaya pada eksekutif sebelum akhirnya meminta rujukan pada kiai," katanya.

Bahkan, katanya, di daerah tapal kuda kini ada sebutan "kiai broker" yakni kiai yang hanya diundang jika ada hajatan saja, dan khutbah yang akan disampaikan juga sesuai pesanan, tidak bisa seenaknya.(mkf)