Warta

Mahasiswa Dibekali Tradisi Riset, Bukan Kekerasan

NU Online  ·  Senin, 17 November 2008 | 05:01 WIB

Pati, NU Online
Di beberapa perguruan tinggi, Orientasi Pengenalan Akademik dan Kampus (OPAK) biasanya dijejali dengan tradisi kekerasan. Ulah senior yang memandang yunior sebagai medan penindasan, kerap membawa korban. Seperti yang terjadi di STPDN, Jawa Barat, beberapa tahun lalu.

Namun, hal ini tidak terjadi di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah (Staimafa) Pati. Mahasiswa baru, tidak lagi dikenalkan dengan tradisi kekerasan dan penggojlokan, namun dibekali dengan softskill dan tradisi riset. Hal ini tidak lantas menjadikan mahasiswa menjadi kurang disiplin.<>

”Kami mengusung semangat baru dengan menanamkan tradisi riset bagi mahasiswa, namun tidak melepaskan tradisi disiplin,” tegas Ketua Panitia Alfoe Niam kepada kontributor NU Online Munawir Aziz di Pati, Ahad (16/11) kemarin.

Agenda OPAK yang berlangsung pada Sabtu-Ahad (15-16/11), di kampus Staimafa, Kajen, Margoyoso, Pati ini, juga menghadirkan beberapa narasumber. Diantaranya, Nur Khalik Ridwan (aktifis sosial Jogja), Mustafid (analis gerakan mahasiswa) dan H Abdul Ghoffar Rozin (pakar manajemen dan ekonomi syariah), serta beberapa pakar akademik lainnya.

Selain itu, Alfoe Niam juga menambahkan, meskipun baru melaksanakan OPAK perdana, namun hal ini tidak mengurangi kualitas penggemblengan mahasiswa baru.

”Tim panitia, sudah menyiapkan seperangkat agenda yang efektif bagi pengembangan kepribadian dan wawasan mahasiswa baru. Pembicara yang hadir juga merupakan pakar di bidangnya. Sehingga, softskill yang didapatkan mahasiswa baru, menjadi lebih mantap. Setelah OPAK, mahasiswa akan menjalani AMT (Achievement Motivation Training),” tegas Alfoe Niam.

H Abdul Ghoffar Rozin, yang juga menjadi Ketua Staimafa, menegaskan bahwa, mahasiswa baru Staimafa akan menjalani berbagai proses pembelajaran dan peningkatan kualitas pribadi yang efektif.

“Kami ingin, mahasiswa Staimafa menjadi agen perubahan dan pencerahan sosial di masyarakat. Tak sekedar menguasai teori, namun juga peduli dan bermanfaat pada masyarakat.”

”Selain itu, mahasiswa Staimafa juga diwajibkan mengikuti berbagai program peningkatan bahasa asing, melalui TOEFL dan TOAFL,” ujar H Abdul Ghoffar Rozin. (nam)