Madrasah NU Berangkat dari Inisiatif Warga
NU Online · Jumat, 9 Oktober 2009 | 09:20 WIB
Pada umumnya madrasah yang dikelola oleh warga NU bersifat mandiri, dalam arti hampir tanpa bantuan dari pengurus NU melalui Maarif NU baik di tingkat kabupaten atau propinsi. Ini terjadi karena posisi keuangan NU yang belum memungkinkan memberikan bantuan seperti itu.
“Keuangan mereka betul-betul mandiri. Kalau ada bantuan biasanya non-fisik, misalnya dari Maarif dalam bentuk apakah kurikulum atau pendidikan dan training untuk guru dan kebijakan pendidikan yang lain, atau yang sifatnya non fisik,” kata Ketua PBNU Masykuri Abdillah.<>
Sekolah milik NU juga tidak bisa dibandingkan dengan Muhammadiyah karena proses awalnya berbeda. Muhammadiyah inti pendidikannya sekolah, baik sekolah umum maupun agama, sedangkan NU berangkat dari pesantren.
“Bahkan pesantren yang ada dulu belum berbentuk kelas. Jadi memang itu tidak terlepas dari jejak awalnya,” imbuhnya.
Demikian pula dari sistem pengelolaan dan pendirian. Kalau sekolah NU berangkat dari inisiatif warga dan kemudian bergabung dengan NU, walaupun ada yang milik organisasi. Muhammadiyah lebih banyak milik organisasi.
“Itu bedanya. NU mulai dari kemandirian warganya kemudian berafisiasi ke NU, sedangkan Muhammadiyah dari organisasi yang bentuknya Muhammadiyah sebagai badan hukum yang memiliki amal usaha sehingga kata Muhammadiyah selalu nempel. Sementara bentuk yayasan kemudian ditambah afiliasi dengan Maarif NU. Ini perbedaannya, termasuk juga pesantren, dari warga yang mengidentifikasi diri sebagai NU sehingga dianggap pesantren NU,” terangnya.
Upaya melakukan pengembangan terus dilakukan di lingkungan NU, walaupun belum sesuai dengan harapan. Reformasi pendidikan yang dilakukan NU di pesantren dengan menggunakan sistem kelas harus terus berlanjut dalam aspek kurikulum, fisik dan lainnya.
“Paling tidak sekolah NU harus mengarah pada standar minimal yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika tidak, kita semakin hari bisa semakin tertinggal,” imbuhnya.
Tantangan lain muncul ketika ada persaingan dengan organisasi lain yang menawarkan pendidikan Islam secara progresif dan belakangan juga mulai mendirikan pesantren.
“Menyedihkan juga pesantren NU surut, sementara ada pesantren lain jaringannya semakin hari semakin banyak. Jadi tidak benar kalau sekarang mengatakan jumlah santri berkurang, ya mungkin di pesantren NU, di tempat lain ada yang bertambah,” jelasnya. (mkf)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua