Pimpinan Wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (Ma’arif NU) Jawa Tengah mewajibkan seluruh satuan pendidikan di bawah naungannya untuk mengajarkan materi anti terorisme kepada seluruh muridnya. Menurut Mulyani M. Noor, Ketua PW LP Ma’arif NU Jawa Tengah, hal ini dimaksudkan untuk membendung potensi terpengaruhnya murid-murid di satuan pendidikan Ma’arif dengan paham-paham Islam Radikal.
“Siswa harus bisa membedakan makna Jihad sesungguhnya dengan makna jihad yang disalahartikan oleh para teroris,” ujar Mulyani usai memimpin Rapat pleno pengurus Ma'arif NU Jateng, Rabu (21/10), seprti dilaporkan kontributor NU Online Hery Nugroho.<>
Mulyani menjelaskan bahwa paham Jihad menurut Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), bukan seperti yang selama ini ditafsirkan dan dipraktikkan oleh kelompok-kelompok Islam garis keras. Misalnya, merusak dan menghancurkan fasilitas umum atau memerangi siapapun yang tidak dalam baiatnya.
Menurut pandangan Aswaja, jihad adalah usaha yang sungguh-sungguh dalam menegakkan kebenaran dan keadilan yang dilakukan dengan tetap mengedepankan prinsip rahmatan lilalamin. Demikian, segala tindakan atas nama jihad yang menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak yang tidak sedang memerangi umat Islam menurut Mulyani sudah melenceng dari makna jihad yang sejati.
Mulyani menegaskan bahwa ajaran tentang jihad dari sudut pandang Ahlussunnah wal Jamaah ini jarang sekali di berikan kepada murid-murid di madrasah atau sekolah di seluruh Indonesia.
“Karena itu, dikhawatirkan banyak murid madrasah yang setelah lulus mudah dipengaruhi oleh paham-paham jihad menurut kelompok radikal,” ujarnya.
Ia mengharapkan, terutama untuk murid madrasah atau sekolah yang bernaung di bawah Ma’arif NU Jawa Tengah, kurikulum yang diterapkan mulai semester ini bisa efektif dijalankan. Setelah itu, Mulyani juga mempersilahkan jika madrasah dan sekolah dari Ma’arif di luar Jawa Tengah, Maupun sekolah dan madrasah di luar Ma’arif untuk mengadopsi kurikulum dan materi anti terorisme ini.
Dituturkan oleh Mulyani, Ma’arif NU Jawa Tengah terinspirasi untuk mengajarkan kurikulum ini dari komentar Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi beberapa waktu lalu.
Saat itu Hasyim mengatakan bahwa warga NU tidak pernah terlibat dalam gerakan terorisme. Mulyani bertekad bahwa kecenderungan tak terlibatnya warga NU dengan radikalisme Islam ini harus dijaga. Salah satunya adalah dengan pemberlakuakn kurikulum ini.
Mengingat jumlah pengikut Nahdliyin yang tak sedikit di Indonesia, hal ini sangat berpotensi untuk membendung masuknya paham-paham kekerasan yang mengatasnamakan Islam. (nam)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua