Euforia koperasi pondok pesantren (kopontren) yang muncul sejak tahun 1998, nampaknya tidak diikuti oleh SDM yang memadai, sehingga sulit bertahan, bahkan akhirnya mati.
Data di Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Jember menunjukkan, dari sekian banyak Kopontren, hanya 12 persen yang masih eksis hingga saat ini. Sisanya sebanyak 109 Kopontren sudah gulung tikar.<>
“Faktornya karena SDM yang dipunyai kopontren kurang memadai. Ya, rata-rata kan santri yang kurang paham mengelola koperasi,” ujar Sudaljono, Kabid Kelembagaan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Jember, Rabu pagi.
Menurut Sudaljono, awalnya kopontren di Jember cukup banyak dan menyebar di hampir semua kecamatan. Lebih-lebih setelah turunnya Inpres nomor 18/1998, pertumbuhan kopontren bak jamur di musim hujan. “Tapi karena tidak dikeloka oleh ahlinya, ya perlahan-lahan mati,” terangya.
Kendati demikian, Sudaljono melihat kopontren masih punya propek yang cukup baik asalkan dibina langsung oleh kiainya. Kiai, katanya, walaupun tidak semua ahli di bidang koperasi, tapi mempunyai feeling yang bagus untuk mengelola koperasi. ”Tinggal kiai cari siapa pengelolanya,” jelas Sudaljono (ary).
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
4
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
5
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua