Warta

KH Soedirman Moentari, Ulama Jawa Penyebar Islam di Belanda dan Suriname

Ahad, 13 Februari 2011 | 20:35 WIB

Jakarta, NU Online
Tidak banyak orang yang mengenal nama Kiyai Hadji Soedirman Moentari. Sekilas, orang akan menyangka jika sosok tersebut adalah orang Indonesia. Namun, Soedirman Moentari adalah seorang warga asal Suriname keturunan Jawa, yang kini menjadi dosen sekaligus ulama terkemuka di Belanda dan negara asalnya, Suriname.

Kini, Soedirman juga sudah mendirikan dan mengelola pesantren Al-Qur'an dan agama Islam baik di Belanda (Den Haag dan Rotterdam) atau pun di Suriname. Walau pun banyak kendala dan keterbatasan yang dihadapinya, namun Soedirman tetap semangat dan optimis untuk menyebarkan syiar Islam di kedua negara berpenduduk mayoritas non-Muslim itu.<>

Perkenalkan: Soedirman Moentari merupakan pengecualian dari orang Jawa Suriname. Ia sangat pandai berbahasa Indonesia. Dan ia juga religius. Sebelum bertolak ke Belanda, generasi ketiga buruh kontrak Jawa ini sempat belajar Bahasa Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paramaribo.

Ketika masih tinggal di Suriname, Soedirman yang sekarang bermukim di Belanda, aktif di sebuah yayasan Islam di negara Amerika Latin itu. Pada tahun 1999 ia ke Belanda untuk naik haji, karena unruk berangkat langsung dari Suriname ke Arab Saudi banyak kesulitan.

Pulang dari Mekkah, Soedirman tidak langsung ke Suriname dan malah menetap di negeri kincir angin ini. "Rencananya dua tahun, tapi sampai sekarang saya masih di sini, " katanya sambil ketawa.

Berkat doa, tambah Soedirman, ia akhirnya bisa bekerja sebagai dosen biologi di sebuah sekolah menengah Islam di Rotterdam. Sekolah ini bernama Islamitische Schoolgemeenschap Ibn Chaldoun.

Untuk bisa mengajar bilogi di sekolah itu, insinyur peternakan jebolan Universitas Wageningen ini, harus melanjutkan studinya.  "Pada 2002 saya akhirnya meraih ijazah Master of Sciense biologi di Universitas Leiden, " kata Soedirman.

Sejak di Suriname Soedirman Moentari aktif menulis mata pelajaran agama Islam dalam bahasa Belanda. Bahan-bahannya banyak ia ambil dari Indonesia. "Karena anak-anak kami di Suriname dan di Nederland (Belanda, red) nggak bisa lagi bahasa Jawa, " katanya.

Menariknya Ustaz Soedirman ini memberi khotbah di masjid Suriname dalam dua bahasa yaitu Belanda dan Jawa. Bahasa Jawa untuk generasi tua dan bahasa Belanda untuk generasi muda. Tapi meski pintar berbahasa Indonesia, Soedirman belum sempat ke Indonesia.

Tentu saja, kita sebagai umat Muslim di Indonesia, khususnya NU, diharapkan bisa ikut mendorong dan membantu perjuangan yang selama ini dilakukan oleh Soedirman. (AGS/rnw)