Warta

KH Muhlis Musyafak: Belajarlah Keyakinan dengan Semut

NU Online  ·  Jumat, 16 September 2011 | 05:29 WIB

Kendal, NU Online
Dalam masalah keyakinan manusia jangan sampai kalah dengan semut. Kalau perlu belajar dari semut. Dikisahkan, nabi Sulaiman AS pernah berdialog kepada semut. Semut diberi makan oleh nabi Sulaiman dengan satu batang jagung kemudian dimasukkan ke dalam toples selama setahun. Ketika nabi Sulaiman membuka toples ternyata jagungnya masih setengah.

Melihat itu nabi Sulaiman menanyakan kepada semut, mengapa jagungnya tak dihabiskan? Atas pertanyaan itu semut menjawab kalau saja Allah yang menjamin, maka kami (semut) akan menghabiskan jagungnya. Tapi kalau nabi Sulaiman yang menjaminnya semut tak mau menghabiskannya.
<>
”Sebab kalau nabi Sulaiman lupa membuka toplesnya dan jagungnya sudah terlanjur dihabiskan maka kami (semut) akan mati,” jawab semut berargumentasi.

Dari kisah ini ternyata keyakinan semut terhadap Allah SWT sangat kuat baik terhadap persoalan rizki maupun mati. Sementara manusia kadang lebih percaya kepada sesama manusia dari pada kepada Allah SWT.

Demikian ceramah yang disampaikan KH Muslih Musyafak pengasuh pesantren Al Musyafak, Sudipayung, Ngampel, Kendal dalam acara halal bihalal Himpunan Keluarga Santri dan Alumni Sukorejo (HIKSAS) di pesantren Singo Walisongo Rowogandu Patean Kendal, Kamis, 15/9.

Dikatakan oleh Kiai Mukhlis yang juga salah satu wakil Rais Syuriyah PCNU Kendal, manusia kadang sering menggantungkan nasibnya kepada sesama manusia terutama yang dianggap kuat dan punya pengaruh. Padahal semut saja yang dijamin oleh nabi Sulaiman yang nota bene seorang nabi yang juga raja yang kaya raya ia tidak mau. Semut masih menyandarkan nasibnya pada Allah SWT.

”Apalagi manusia, jangan sampai kalah dengan semut,” ujarnya.

Oleh karenanya, pasca lebaran Idul Fitri, ia menghimbau untuk membagun keyakinan yang kuat sebagai ikhtiar memelihara fitrah setelah digembleng puasa selama satu bulan penuh.

Pada kesempatan itu kiai Muhlis yang juga alumni pesantren API Tegalrejo Magelang  mengingatkan kepada santri dan alumni HIKSAS bahwa almagfurlah KH Khudhori Tegalrejo pernah berpesan kepada santrinya yang sudah mukim di rumah untuk menularkan ilmunya yang sudah didapat kepada masyarakat di sekitarnya sesuai kemampuan masing-masing.

“Mengajarlah kalau ingin diluaskan rizkinya,” pintanya.

Namun, menurutnya orang mengajarkan ilmu itu juga tidak lepas dari cobaan.Diantaranya dibenci orang jahil (bodoh), dicemooh teman-temannya, dan kadang juga difitnah dan caci maki sesama orang alim. Jika semua cobaan itu bisa dilaluinya dengan baik maka insya Allah kenikmatan dari Allah SWT akan datang.

Sementara itu sehari sebelumnya HIKSAS juga menggelar lomba Bahtsul Masail Diniyah dan lomba cerdar cermat agama, adzan serta tartil Qur’an bagi masyarakat yang merupakan bagian dari rangkaian halal bi halal.

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Fahroji Roji