Warta

KH Irfan Zidny: “Tolak Interfensi Amerika dalam Pesantren”

NU Online  ·  Ahad, 9 November 2003 | 14:38 WIB

Jakarta, NU Online
“Kita menolak keinginan Amerika untuk masuk lebih dalam terhadap keinginan mereka untuk memasuki agama kita melalui perubahan kurikulum pesantren yang ada saat ini,” ungkap KH Irfan Zidny ketika dimintai komentarnya tentang keinginan Amerika Untuk mengadakan perubahan kurikulum pesantren karena dianggap mendorong terjadinya terorisme.

“Rupanya Amerika menganggap kegiatan-kegiatan terorisme yang ada bersumber dari pesantren dan pesantren merupakan tempat mengaji agama yang masih murni dari Al Qur-an. Dalam Al Qur’an kan ada jihad, Wajaahiduu biamwalikum, ini yang dianggap oleh Amerika sebagai penyebab terorisme,” ungkapnya.

<>

Dalam hal ini rais syuriah PBNU menjelaskan bahwa ulama DKI juga telah menyatakan diri secara kompak akan menolak perubahan kurikulum tersebut dan kita akan mengawasi pesantren-pesantren yang kekurangan dana tersebut yang mendorong dia untuk menerima. “Hal ini dilakukan persis sehari setelah Bush ketemu KH Hasyim Muzadi di Bali,” tambahnya.

Perlu dijelaskan bahwa sebagian besar Pesantren NU tidak mengajarkan radikalisme karena memang pesantrennya berpijak pada asas-asas dakwah dan etika dakwah adalah bukan ‘hancurkan dia’ tetapi ajaklah dia dengan cara yang baik-baik.

“Jihad itu harus diartikan dakwah, dakwah itu ada caranya, yaitu bagaimana kita dapat menarik mereka dengan penuh kebijakan dan nasehat “Wajaadilhum billati hi ahsan” jadi kita menentang kekerasan dalam berdakwah. Itu dasarnya, tetapi kalau orang lain ingin memusuhi kita, kita tidak bisa billahi hia ahsan, kita harus punya senjata “Siapkan umat Islam satu kekuatan, ya senjata, ya ini, yaa itu macem-macemlah,” ungkapnya.

Lulusan Universitas Bagdad tersebut mengatakan bahwa prinsipnya kita tidak menolak menghimpun kekuatan kalau memang dimusuhi, tetapi kalau kita menyebarkan risalah, atau agama, tidak boleh, kita harus dakwah bil hikmah dan maudhotil hasanah. Itulah sebabnya pesantren NU tidak mengajarkan dakwah dengan cara-cara kekerasan.

Hal ini terbukti dengan keterlibatan pesantren NU dalam peperangan melawan Penjajah. Dalam hal ini tidak dapat dikatakan sebagai terorisme. “Prinsipnya pesantren bukan sumber kekerasan, pesantren tidak melatih santri untuk berbuat kekerasan,” tegasnya.(mkf)