KH Asy’ari Sajid, pengasuh pondok pesantren Nurul Hijrah desa Pecangaan Kulon, kecamatan Pecangaan, kabupaten Jepara, Senin (27/12) kemarin meninggal dunia pukul 09.10 WIB. Tokoh NU sejati itu meninggal dunia karena sakit pada usia 56 tahun.
Selama hidupnya, Kiai Asy’ary yang lahir di Brebes 19 Agustus 1954 itu mengabdi untuk pendidikan maupun organisasi kemasyarakatan. Diantaranya Yayasan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (Yaptinu), Badan Amil Zakat (BAZ), Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Lembaga Pendidikan Maarif NU dan Yayasan Walisongo Pecangaan.<>
Demikian penuturan mantan wakil bupati Jepara Ali Irfan Muhtar saat memamitkan jenazah atas nama shohibul musibah, selepas shalat Ashar.
Hadir pula pada kesempatan itu, Rais Syuriyah PCNU Jepara KH Ahmad Kholil. Dalam sambutannya, pengasuh pondok pesantren Al-Falah desa Bakalan, kecamatan Kalinyamatan, kabupaten Jepara mengungkapkan, Kiai Asyari adalah sosok alim, intelek yang moderat yang santun. “Almahrum merupakan sosok alim dan seorang intelektual,” ungkapnya.
Kholil menambahkan, Kiai Asyari adalah tokoh NU sejati. Karena selama 10 tahun beliau mengabdi untuk Nahdlatul Ulama (NU). Sebelum menjadi Katib Syuriah, ia menjadi ketua Tanfidiyah MWC NU kecamatan Pecangaan.
Sementara itu, Bupati Jepara, Drs.H.Hendro Martojo,MM, menyatakan Kiai Asyari adalah tokoh pendekar pendidikan dan intelek moderat yang santun. Menurutnya, semasa hidupnya, umurnya dimanfaatkan untuk lembaga pendidikan Islam. Selain itu, selalu setia untuk menentramkan umat yakni aktif dalam kegiatan majlis taklim, istighotsah dan lain sebagainya.
Dia berharap, setelah ditinggalkan almarhum, keluarga harus kuat menghadapi musibah. Juga, sepeninggal beliau diharapkan ada penggantinya yang akan meneruskan perjuangannya.
Sebelum shalat mayit di masjid besar Walisongo dan pemakaman di makam Sirandu yang diikuti oleh ribuan jama’ah, KH. Sya’roni Ahmadi memberikan taushiyah. Dalam ceramahnya, Kiai asal Kudus tersebut mengutip sebuah hadits tentang keengganan Nabi Muhammad SAW menyolati mayit yang masih memiliki hutang. Pendek cerita, setelah hutang mayit ditanggung oleh Abu Qatadah (menurut versi lain Sahabat Ali) akhirnya Muhammad mau menyolati jenazah.
Melalui hadits tersebut, Kiai Sya’roni berpesan agar haqqul adami (hak anak adam) yang berupa hutang-piutang harus diselesaikan atau dilimpahkan kepada keluarga yang ditinggalkan. Sehingga, saat menghadap Allah SWT lancar karena hak adamnya sudah dilunasi. (qim)
Terpopuler
1
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
2
Resmi Dilantik, Ini Susunan Pengurus LBH Sarbumusi Masa Khidmah 2025-2028
3
Ribuan Santri Pati Akan Gelar Aksi Tolak Kenaikan Tarif PBB 250 Persen hingga 5 Hari Sekolah
4
INDEF Soroti Pemblokiran Rekening yang Dianggap Reaktif dan Frustrasi Pemerintah Hadapi Judi Online
5
Obat bagi Jiwa yang Kesepian
6
Harlah Ke-81 Gus Mus, Ketua PBNU: Sosok Guru Bangsa yang Meneladankan
Terkini
Lihat Semua