Ketimpangan Ekonomi Bukti Kegagalan Sistem Kapitalisme
NU Online · Sabtu, 12 Juli 2008 | 07:17 WIB
Kesenjangan ekonomi dunia diantara sejumlah negara merupakan bukti kegagalan sistem kapitalisme ekonomi global. Perlu sistem alternatif yang mengedepankan mekanisme berbagi.
Menurut Direktur ISEFID (Islamic Economic Forum for Indonesian Development) Prof Dr Asad Zaman, sistem ekonomi yang dibangun oleh Barat saat ini telah gagal menciptakan keadilan dan pemerataan ekonomi dunia. Meski kemajuan teknologi berkembang pesat.<>
"Ketimpangan yang semakin menjadi-jadi antara kelompok kaya dan kelompok miskin dunia merupakan bukti ketidakberhasilan sistem kapitalisme," ujar Asad.
Ia menyampaikan hal itu dalam seminar "Inflationary Phenomenon In The World Economy Today" di International Islamic University of Malaysia (IIUM), Malaysia, Jumat (11/5).
Pakar ekonomi asal Pakistan itu mengatakan, penyebab utama kegagalan tersebut adalah akibat sistem ekonomi kapitalisme dibangun di atas prinsip selfishness, yaitu mengutamakan kepentingan individu melalui sistem kompetisi dan persaingan yang cenderung tidak sehat.
Untuk mengatasi hal tersebut, Asad melanjutkan, perlu dikembangkan sebuah sistem alternatif yang lebih mengedepankan mekanisme berbagi (sharing) sebagai alat untuk menggerakkan perekonomian.
"Telah banyak kajian yang membuktikan hubungan positif antara semangat berbagi dengan tingkat kesejahteraan," imbuh profesor tamu di sejumlah universitas di AS ini," jelasnya seperti dilansir detikcom.
Sementara itu, pengamat ekonomi IPB Irfan Syauqi Beik memaparkan beberapa data tentang kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin di dunia dari beberapa lembaga internasional.
Contohnya dalam data Human Development Report 2006, Irfan menjelaskan, kelompok 10 persen orang terkaya di dunia saat ini menguasai 54 persen aset dan kekayaan.
"Bahkan dari total kekayaan 7 orang terkaya dunia sekarang sama dengan PDB 41 negara termiskin dunia. Ini sangat tidak adil," cetus pria yang juga menjabat Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia ini.
Karena itu, Irfan mengatakan, perlunya mengembangkan sistem ekonomi alternatif berupa instrumen zakat, infak dan sedekah (ZIS). Karena instrumen tersebut mampu mengalirkan kekayaan dari kelompok mampu kepada kelompok tidak mampu. (dar)
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua