Warta

Kemenag Gelar Sidang Isbat 1 Dzulhijjah Sore Nanti

NU Online  ·  Kamis, 27 Oktober 2011 | 20:41 WIB

Jakarta, NU Online
Pemerintah (Kementerian Agama) akan menggelar sidang isbat guna menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1432 Hijriyah pada Jum'at, 28 Oktober nanti. Keputusan yang dihasilkan nantinya sekaligus akan digunakan sebagai acuan menentukan hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1432H.<>

Demikian disampaikan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag), Ahmad Jauhari, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (25/10). Ia mengatakan sebelum sidang digelar pada hari itu, tepatnya pada Kamis (27/10), pihaknya bersama sejumlah pakar hisab rukyat yang tergabung dalam Badan Hisab Rukyat (BHR) Kemenag melakukan rukyatul hilal atau pengamatan bulan baru di sejumlah titik.

Adapun hasil rukyat akan menjadi bahan rujukan utama isbat. "Laporan rukyat dihimpun sehari sebelumnya," jelas Jauhari yang juga Kepala BHR itu.

Pengamatan itu, kata Jauhari, dilangsungkan di beberapa titik yang tersebar di sejumlah wilayah Tanah Air. Di antaranya Observatorium Hilal Lhok Nga, Aceh; Pekan Baru, Riau; Menara Timur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung; Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, Jawa Barat; Pos Observasi Bulan (POB) Bukit Bela-belu, Bantul, Yogyakarta; Mataram, Nusa Tenggara Barat; SPD LAPAN, Biak, Papua; Makassar, Sulawesi Selatan; Samarinda, Kalimantan Timur; Nusa Tenggara Barat; Pantai Gebang, Madura; SPD LAPAN Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Kepala Seksi Hisab Rukyat Kemenag, Nurkhazin, menambahkan berbeda dengan sidang awal Ramadlan, penetapan awal 1 Dzulhijjah tidak dilaksanakan h-1 dari hari yang diprediksikan oleh perhitungan hisab. Diperkirakan, sesuai dengan prediksi hisab, 27 Oktober ialah akhir dari Dzulqa`dah dan Jum'at (28/10) merupakan awal Dzulhijjah. Hal ini karena penentuan awal bulan Dzulhijjah tidak berkaitan langsung dengan perintah berpuasa, seperti Ramadlan. "Jadi tidak terburu-buru," katanya.

Ia mengemukakan secara emprik, dari perhitungan posisi hilal akhir Dzulqa`dah, posisi bulan cukup tinggi yaitu 04 derajat 25 menit hingga 06 derajat 34 menit.

Artinya, potensi perbedaan hari raya Idul Fitri kemungkinan tipis terjadi. Mengingat hilal dengan ketinggian tersebut, kemungkinan besar terdapat peluang terlihat kasat mata. Tetapi, ia menegaskan hasil keputusannya masih menunggu hasil sidang itsbat.



Redaktur : Syaifullah Amin