Warta

Kekerasan Agama Akibat Dai Garis Keras Dibiarkan Bebas Bicara

NU Online  ·  Jumat, 6 Mei 2011 | 10:33 WIB

Jombang, NU  Online
Maraknya praktek kekerasan bernuansa agama akhir-akhir ini merupakan konsekuensi logis dari leluasanya pendakwah garis keras dalam menyebarkan pemahaman agama. Mereka mendominasi hampir seluruh ruang publik keagamaan yang tersedia dan dengan mudah diakses oleh kalangan bawah (grassroot).

Demikian papar Prof Peter Suwarno, pakar kajian agama dan konflik di Arizona State University dalam wawancaranya beberapa waktu lalu. Menurutnya peran pendakwah didalam mempengaruhi situasi ini cukup strategis mengingat yang berkembang di masyarakat adalah wacana agama.
/>
”Hampir tidak ada kritik dalam wacana agama, Pendakwah dianggap seperti tidak bisa salah padahal mereka juga manusia,” jelasnya.

Di sisi  lain kelompok moderat terdidik Islam terbukti hanya mampu berkiprah di level elit namun seringkali gagal membumikan gagasannya di level bawah.

“Banyak teman saya progresif sekali waktu kuliah tapi berubah menjadi radikal hanya karena takut kehilangan pengikut,” tambah lulusan UKSW Salatiga ini.

Sedangkan, peran organisasi yang dikenal moderat seperti NU dan Muhammadiyah belum cukup optimal dalam meminimalisasi konflik seperti ini. Di dalam tubuh NU maupun Muhammadiyah, menurut Peter, terdapat beberapa faksi, dari radikal konservatif hingga progresif liberal.

“Jumlah yang moderat cukup banyak namun tidak vokal, masih kalah dengan faksi lainnya,” ujarnya.

Peter juga mengkritik keras pemerintah yang cenderung pragmatis dalam merespon konflik. Sikapnya sering tergantung situasi dan siapa yang dihadapi. Semuanya selalu bermuara pada kalkulasi politik meraih suara dalam kontestasi politik.

“Jika pemerintah masih seperti ini, terus terang saya pesimis.” pugkasnya. (aan)