Warta ISLAH PKB

Kang Said: Islah PKB harus Berhasil

NU Online  ·  Senin, 18 Januari 2010 | 06:17 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU KH Said Agil Siradj memiliki harapan besar agar proses islah diantara dua kubu PKB yang bertikai bisa berhasil dengan baik. Ia percaya, proses ini tidak cukup dilakukan satu dua hari saja, tetapi memerlukan waktu.

“Keberhasilan islah tidak bisa langsung, pelan-pelan, semua orang pinter, berpendidkan, dan memiliki pandangan ke depan yang luas. Ayo buktikan dengan islah, bukti kita ada ketulusan, ada masa depan yang panjang,” katanya kepada NU Online, Senin (18/1).<>

Dikatakannya, untuk melakukan proses mediasi ini, PBNU bisa mengambil peran mempertemukan kelompok Muhaimin Iskandar dan Yenny Wahid.

“Fihaknya, mbak Yenny dan pak Muhaimin bisa bertemu buka-bukaan, terang-ternagan, apa maunya,” katanya.

Sebuah perbedaan pendapat, menurutnya tak seharusnya menjadi sebuah perpecahan atau permusuhan sebagaimana perpecahan yang menimpa umat Islam akibat perbedaan ijtihad. Hal ini tak boleh terulang kembali.
 
“Permusuhan gampang, cerai gampang, yang sulit menjaga kebersamaan, ada orang sampai mati masih suami istri itu luar biasa. Soal beda pendapat, masih kerjasama ini yang bagus,” tandasnya.

Menurutnya, keberhasilan islah menjadi semakin penting setelah meninggalnya Gus Dur karena orang-orang yang dulunya enggan “ngerjain” NU atau PKB kini semakin gampang sehingga saat inilah waktunya untuk merapatkan barisan.

“Harapan kita semua sama, supaya PKB kuat dan besar. Saya kira fihak luar pun PKB ingin selamat, untuk mengimbangi partai lain yang tidak tasawuth dan tawazun. Bangsa Indonesia akan arugi kalau PKB kecil,” imbuhnya.

Namun demikian, ia menegaskan, warga NU tidak harus memilih PKB, bisa di partai apa saja asal membawa aspirasi NU dan kalau bisa mewarnai kelompok lain dengan warna NU.

“Bukan berarti NU tahlilan, tetapi berfikir Islam tawassuth, tasamuh, dengan kelompok manapun kita harus menyuarakan itu,” terangnya.
 
Keberadaan dan peran NU harus semakin diperkuat sangat penting dalam menjaga keutuhan NKRI ini. Hal ini sudah berulang kali teruji. Terakhir, pada saat reformasi, ketika kondisi negara kacau-balau, tentara dilecehkan oleh mahasiswa, LSM dan lainnya, NU menjadi faktor pemersatu.

Diantara andil besar NU, menjadi faktor pemersatu, bukan faktor pemecah. Refrormasi kayak apa, TNI dilecehkan LSM, mahasiswa. Golkar juga kayak apa, NU justru bersikap dengan tenang, rasional bagaimana menyelamatkan bangsa ini,” tegasnya. (mkf)