Jakarta, NU Online
Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun, sebuah berita duka menyelimuti warga NU. Hj Siti Faridah, istri dari KH Muchit Muzadi, mustasyar PBNU meninggal dunia pada hari Senin, 19 Januari 2009 pukul 01.00 WIB di Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya.
Muhammad Nafi, salah satu anggota keluarganya menjelaskan almarhum yang sudah berusia 76 tahun ini menderita penyakit radang usus sekitar satu bulan belakangan ini. Siang ini jenazah disemayamkan di rumah duka di Jl Kalimantan 24 Jember Jawa Timur.<>
Pernikahannya dengan KH Muchith Muzadi pada tahun 1951 melahirkan 8 orang anak. Dua orang anak bermukin di Jember sedangkan lainnya di berbagai daerah di Indonesia.
Tak beda jauh dengan suaminya, Hj Faridah selama hidupnya sangat aktif berorganisasi. Alumni madrasah Muallimat Muhammadiyah Notoprajan Yogyakarta ini semasa mudanya aktif dalam Fatayat NU ketika didirikan di Tuban tahun 1952. Saat tinggal di Jember, ia aktif sebagai pengurus Muslimat dan mengelola majelis taklim di lingkungan tempat tinggalnya.
Suka duka dijalani oleh pasangan kiai aktifis ini. Dalam sebuah kesempatan Mbah Muchit Muzadi menuturkan selama hidupnya, sudah pindah kontrakan sebanyak 17 kali. Sebelum istrinya meninggal, mereka berdua tinggal hanya berdua di sebelah utara masjid Walisongo di Jember, rumah yang ditinggali berdiri diatas tanah wakaf yang nantinya tidak boleh diwaris oleh anak cucunya. Di Masjid tersebut Mbah Muchith mengajar pada setiap malam Jum’at. (mkf)
Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun, sebuah berita duka menyelimuti warga NU. Hj Siti Faridah, istri dari KH Muchit Muzadi, mustasyar PBNU meninggal dunia pada hari Senin, 19 Januari 2009 pukul 01.00 WIB di Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya.
Muhammad Nafi, salah satu anggota keluarganya menjelaskan almarhum yang sudah berusia 76 tahun ini menderita penyakit radang usus sekitar satu bulan belakangan ini. Siang ini jenazah disemayamkan di rumah duka di Jl Kalimantan 24 Jember Jawa Timur.<>
Pernikahannya dengan KH Muchith Muzadi pada tahun 1951 melahirkan 8 orang anak. Dua orang anak bermukin di Jember sedangkan lainnya di berbagai daerah di Indonesia.
Tak beda jauh dengan suaminya, Hj Faridah selama hidupnya sangat aktif berorganisasi. Alumni madrasah Muallimat Muhammadiyah Notoprajan Yogyakarta ini semasa mudanya aktif dalam Fatayat NU ketika didirikan di Tuban tahun 1952. Saat tinggal di Jember, ia aktif sebagai pengurus Muslimat dan mengelola majelis taklim di lingkungan tempat tinggalnya.
Suka duka dijalani oleh pasangan kiai aktifis ini. Dalam sebuah kesempatan Mbah Muchit Muzadi menuturkan selama hidupnya, sudah pindah kontrakan sebanyak 17 kali. Sebelum istrinya meninggal, mereka berdua tinggal hanya berdua di sebelah utara masjid Walisongo di Jember, rumah yang ditinggali berdiri diatas tanah wakaf yang nantinya tidak boleh diwaris oleh anak cucunya. Di Masjid tersebut Mbah Muchith mengajar pada setiap malam Jum’at. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua
