Warta

Introspeksi dari Las Vegas

NU Online  ·  Ahad, 19 Juni 2005 | 11:11 WIB

New York, NU Online
Dengan gaya bicara lantang khas Betawi dalam suara agak serak, kehadiran Hj Dr Siti Suryani Thahir di New York bukan hanya sekadar memberi siraman rohani, tapi juga mengobati kerinduan warga muslim Indonesia di perantauan yang sudah lama tidak mendengar ceramahnya melalui radio.

Suryani Thahir yang sejak tahun 1970-an dikenal sebagai penceramah utama di Majelis Taklim Attahiriyah Jakarta tersebut, Ahad lalu berkesempatan menjadi pembicara tamu di Masjid Indonesian Muslim Community Al Hikmah, New York.

<>

Dalam ceramahnya di depan ratusan warga muslim Indonesia yang berdomisili di New York dan sekitarnya, Suryani Thahir antara lain menceritakannya kesan-kesannya berkunjung ke sejumlah kota di Amerika Serikat.

Sebelum ke New York ini, kata Suryani, ia sempat berada dua hari di Los Angeles dan dua hari di Las Vegas, yang dikenal sebagai pusat perjudian dunia."Wah, godaannya banyak di sini, apalagi di Las Vegas, baru di hotelnya aje udah banyak mesin judi," katanya.

Namun, menurut Suryani, ada hal-hal positif dari Las Vegas dan kota-kota lainnya di Amerika Serikat yang bisa menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Misalnya soal kebersihan, ketertiban, dan kesehatan, sangat diperhatikan dan dijaga oleh masyarakat dan pemerintah di Las Vegas.Padahal tiga konsep tersebut juga ada di Alquran, tapi belum semua orang Indonesia melaksanakannya, kata Ketua Yayasan Assyuryaniyah Attahiriyah tersebut.

Situasi di Kota Las Vegas, kata Suryani yang aktif dalam organisasi Perhimpunan Wanita Alumni Timur Tengah itu, juga bisa menjadi bahan instrospeksi bagi masyarakat di Indonesia, yang masih sering mengabaikan masalah kesehatan, ketertiban, dan kebersihan.

Soal ketertiban, misalnya, di Las Vegas tidak terlihat pekerja seks komersial berkeliaran di jalan-jalan umum, karena polisi akan segera menangkapnya."Malahan sekarang di Jakarta, tiap tengah malam makin banyak perempuan bererot (berjajar, red) di jalanan, mulai Klender sampe Matraman," kata Suryani, tetap dengan dialek Betawinya yang masih kental.

Gaya ceramah Suryani Thahir yang menggunakan kata-kata yang sederhana, mudah dipahami serta diselingi lelucon-lelucon, memberi warna lain bagi warna muslim Indonesia di New York.Apalagi bagi warga asal Jakarta yang sebelum pindah ke Amerika sering mendengar ceramah Suryani, baik melalui radio maupun datang langsung ke majelis taklimnya di bilangan Tebet. Banyak juga yang mengaku sangat mengenal nama dan suara khas Suryani Thahir, namun baru sekarang bertemu langsung dengan orangnya. (atr/cih)