Warta

IIQ Carikan Orang Tua Asuh bagi Mahasiswi Berprestasi

Rab, 25 Juni 2008 | 04:38 WIB

Jakarta, NU Online
Bagi remaja putri yang ingin memperdalam ilmu Al Qur’an, Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Jakarta bisa menjadi pilihan tepat. Selain para dosen yang mumpuni dan fasilitas yang memadai, mahasiswi yang berprestasi akan dicarikan orang tua asuh yang membiayai mereka selama kuliah.

Wakil Rektor IIQ Maria Ulfa yang dihubungi NU Online, Rabu (25/6) menjelaskan kesempatan untuk menjadi mahasiswi disini terbuka luas mengingat sedikitnya orang yang mampu menghafalkan Qur’an.<>

“Butuh kemampuan ekstra untuk bisa menghafal Al Qur’an, nga semua orang mampu dan berani, kebanyakan orientasinya ke UIN. Kalau IIQ dan ada plusnya” katanya.
 
IIQ didirikan pada tahun 1977, pertama untuk S2, baru pada tahun 1982 dibuka jurusan S1. Untuk jurusan S1 tersedia tiga jurusan meliputi syariah, tarbiyah, dan ushuluddin. Semuanya terakreditasi B.

Syarat penting untuk bisa masuk ke IIQ adalah calon mahasiswi sudah harus memiliki bekal hafalan sebanyak 5 juz Al Qur’an. Mahasiswi yang berprestasi akan dicarikan beasiswa mulai tahun kedua kuliah dengan mempertimbangkan hafalan, tartil, tajdid dan indek prestasinya.

Menurutnya, sejumlah individu dan lembaga seperti Haiah Tahfizul Qur’an dari Jeddah secara rutin telah memberikan beasiswa di IIQ. Untuk mahasiswa baru, mereka diwajibkan membayar uang pangkal sebesar 1.5 juta dan SPP 1.5 juta per semester.

Para mahasiswi yang berasal dari seluruh Indonesia ini disediakan asrama dan antar jemput ke kampus. “Di asrama, juga disediakan dapur bagi yang ingin memasak sendiri mengingat tak semua mahasiswi berasal dari keluarga mampu. Kita tetap memberi tempat bagi mereka” katanya.
 
Menurut Qoriah juara internasional ini, kecilnya peminat di IIQ sebagian dikarenakan para orang tua di berbagai daerah tidak berani melepaskan anak perempuannya ke Jakarta. “Sebenarnya banyak yang minta diadakan kelas jauh, tetapi ini kan tidak diizinkan oleh pemerintah,” ujarnya.

Persoalan lain adalah sejumlah pesantren tahfidzul qur’an tidak memiliki ijasah yang disetarakan sehingga banyak calon mahasiswi dari berbagai pesantren terkendala oleh persyaratan formal ini.

Kini yang sedang digalang adalah kerjasama dengan berbagai pemda seperti dari kabupaten Siak Riau dan dari Papua yang akan mengirimkan putri daerahnya untuk belajar Al Qur’an di Jakarta. Mereka dihadapkan mampu menyebarluaskan Al Qur’an ke daerahnya masing-masing. (mkf)