Tanggal 1 Syawal 1429 H atau hari raya Idul Fitri hampir dipastikan bersamaan, 1 Oktober 2008. Berdasarkan metode hisab yang dilakukan oleh semua organisasi Islam di Indonesia dan Departemen Agama, posisi hilal pada tanggal 29 Sya’ban 1429 H masih berada di bawah ufuk, sehingga rukyatul hilal atau observasi bulan sabit pada saat itu tidak akan berhasil.
Namun ada kemungkinan terjadi perbedaan dalam penentuan 1 Syawal yakni jika masih ada kelompok umat Islam di Indonesia yang menggunakan metode hisab taqribi (perhitungan kurang-lebih) dan kelompok Islam “transnasional” yang mengikuti rukyat global.<>
“Insyaallah 99 persen kemungkinan kita akan lebaran bersamaan. Tapi masih ada kemungkinan berbeda. Karena saya dengar di Jawa Timur ada yang memakai kitab Sullamun Nayyirain (metode hisab taqribi). Kemungkinan perbedaan juga bisa muncul dari kelompok Hizbut Tahrir dan lainnya yang mengikuti rukyat global atau rukyat dunia,” kata Ahmad Izzuddin, Koordinator Bidang Pendidikan dan Pelatihan Lajnah Falakiyah PBNU ketika dihubungi NU Online, Rabu (24/9).
Berdasarkan kitab Sullamun Nayyirain, kata Dosen Hisab Rukyah IAIN Walisongo Semarang itu, posisi hilal sudah 10 di atas ufuk. Namun menurutnya, mereka yang memakai kitab ini sering tidak konsisten. ”Menurut kitab ini hilal baru bisa dilihat dalam ketinggian 60,” katanya.
Sementara itu hasil hisab di beberapa negara di Timur Tengah juga menunjukkan bahwa 1 Syawal akan jatuh pada 1 Oktober, sehingga kelompok Islam yang mengikuti rukyat global pun akan menjalankan shalat Idul Fitri pada hari yang sama. Namun dalam rukyatul hilal tanggal 29 September di beberapa negara Timur Tingah nanti bisa terjadi banyak kemungkinan.
Tidak Imkanur Rukyat
Data dalam almanak PBNU yang diterbitkan oleh lajnah Falakiyah menunjukkan, ijtima’ atau peristiwa konjungsi untuk wilayah Jakarta terjadi pada hari Senin Kliwon, tanggal 29 September 2008 pada pukul 15.12 WIB. Sementara hilal pada saat Matahari terbenam di hari itu masih berada di bawah ufuk, yakni -0059’.
Sementara posisi hilal di semua wilayah di Indonesia juga masih berada di bawah ufuk. Maka hilal pada kondisi semacam ini tidak akan bisa dilihat atau dalam disiplin ilmu falak dikatakan tidak imkanur rukyat. Maka bulan Sya’ban 1429 H akan digenapkan menjadi 30 hari (istiqmal). (nam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menguatkan Sisi Kemanusiaan di Bulan Muharram
2
Khutbah Jumat: Mengais Keutamaan Ibadah di Sisa bulan Muharram
3
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
4
Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
5
Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah
6
Khutbah Jumat: Berani Keluar Dari Zona Nyaman
Terkini
Lihat Semua