Warta

Hijrah Merupakan Tonggak Perubahan

NU Online  ·  Kamis, 1 Januari 2009 | 11:58 WIB

Jakarta, NU Online
Umat Islam menetapkan tahun baru Islam pada  Muharram yang penentuannya berdasarkan hari ketika Nabi Muhammad melakukan hijrah dari Makkah menuju Madinah untuk menyusun strategi dakwah setelah menghadapi tantangan berat di Makkah.

Peristiwa Hijrah sendiri merupakan sebuah tonggak perubahan dalam keberhasilan pengembangan agama Islam di masa-masa selanjutnya. “Hijrah merupakan perubahan sikap, perilaku dan semangat umat Islam. Andaikata sikap itu dimiliki umat Islam sekarang, maka masalah Israel tak akan berlarut-larut,” kata Wakil Rais Aam PBNU KH Tolhah Hasan dalam refleksi 1 Muharram di halaman gedung PBNU, Rabu malam (21/12).<>

Mantan Menteri Agama ini mencontohkan sejumlah figur yang memiliki semangat sangat tinggi dan rela mengorbakan apa saja agar bisa mengikuti anjuran Rasulullah ini untuk pergi ke Madinah, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Diantara sahabat yang memiliki tekad baja adalah seorang wanita bernama Ummu Salamah yang berangkat hijrah bersama suami dan anaknya. Namun di tengah perjalanan, ia ditangkap dan hanya suaminya yang diizinkan pergi. Namun, ia kembali meloloskan diri dan pergi hanya berbekal baju yang melekat di badan menempuh perjalanan sekitar 400 km yang waktu itu ditempuh selama 12 hari dengan menggunakan onta.

“Mengapa ada semangat kuat dari seorang wanita yang waktu itu usianya masih 30 tahunan. Karena ada perubahan semangat, sikap dan perilaku. Kalau tidak ada dorongan kuat dalam hatinya, tidak akan bisa,” tandasnya.

Tokoh lain yang mengikuti hijrah adalah Zuhair, anak muda keturunan Romawi yang sukses berdagang di Makkah. Mendengar seruan Nabi Muhammad, ia memutuskan untuk menutup usahanya dan membawa hartanya menuju Madinah.

Sayangnya, kaum kafir Quriasy mengetahui kepergiannya dan kemudian mengejarnya serta melarang membawa harta yang telah dikumpulkannya dengan alasan karena kekayaan itu diperoleh di Makkah. Tanpa rasa sayang, Zuhair lebih memilih mempertahankan imannya daripada hartanya.

“Dia tidak tergoda hatinya dengan uang, kalau orang sekarnag lebih baik kehilangan uang daripada kehilangan iman,” katanya menjelaskan.

Figur-figur yang dicontohkan diatas itulah yang seharusnya menjadi karakter umat Islam sekarang agar mampu melakukan sebuah perubahan di dunia.

“Bagaimana kita membangun pemuda-pemuda yang memiliki karakter seperti ini,” ujarnya.

Menurutnya, jumlah umat yang besar atau organisasi keagamaan yang memiliki pengikut banyak tetapi tak mampu membuat sebuah perubahan yang berarti keberadaannya tak akan memberi manfaat banyak kepada ummat. 

“Percuma kita memiliki organisasi besar jika tidak mampu melakukan sebuah perubahan yang berarti,” tegasnya. (mkf)