Hasyim Muzadi: Meutya dan Budiyanto Ke Irak Hanya Jalankan Tugas Jurnalistik
NU Online · Senin, 21 Februari 2005 | 04:37 WIB
Jakarta, NU Online,
Hingga hari ini, desakan berbagai kalangan agar para sandera dibebaskan terus mengalir. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi kemarin menyatakan, tak ada kompensasi yang bisa dipaksakan oleh para penyandera. "Mereka (Meutya dan Budiyanto) ke sana (Irak: Red.) untuk tugas jurnalistik," katanya.
Ketua PBNU yang akrab dipanggil dengan Cak Hasyim ini menyatakan, PBNU akan berusaha mencari informasi penyanderaan dengan menghubungi negara-negara Islam guna mengupayakan pembebasan.
<>Sementara ini, Tim pembebasan wartawan Metro TV Meutya Hafid dan Budiyanto belum berhasil menjalin kontak dengan para penyandera. Kini tim itu berharap kepada istri Ibrahim, pengemudi mobil sewaan Meutya, untuk menghubungkan mereka dengan penyandera, yang mengaku dari Faksi Tentara Mujahidin Irak.
"Kakak Ibrahim yang bernama Mahmud Abu Fadaleh menghubungi saya dan menyatakan bahwa istri Ibrahim akan mencoba menghubungi orang-orang terdekat di sana," kata Surya Paloh, pemilik Metro TV, yang telah berada di Amman, Yordania, kemarin.
Surya mengatakan, istri dan kakak Ibrahim pada Minggu (20/2) malam WIB menuju Ramadi, Irak. Di kota itulah kedua kru Metro TV dikabarkan dihadang oleh sekelompok penyandera Selasa pekan lalu. Surya mengaku sangat berharap kepada dua orang itu karena tim pembebasan belum mendapatkan kontak apa pun dari penyandera.
Surya menyatakan, tim pembebasan kini berhadapan dengan kelompok yang tidak diketahui jelas. "Mereka menyatakan diri sebagai Brigade Mujahidin Irak, tapi organisasi itu tidak ada struktur resminya, tidak diketahui pemimpin dan posisinya," katanya. "Kami ibarat mencari sebuah jarum di tumpukan jerami."
Saat dihubungi tadi malam atau sore waktu Amman, Surya Paloh mengaku baru saja melakukan rapat dengan Kedutaan RI di Yordania serta tim Departemen Luar Negeri pimpinan Triono Wibowo, staf ahli Departemen Luar Negeri. Dalam rapat, kata dia, tidak didapat perkembangan berarti. Namun, ia menambahkan, tim sepakat mengutamakan keselamatan kedua wartawan.
Pemimpin Redaksi Metro TV Don Bosco Selamun di Jakarta menyatakan, tim pembebasan juga mengirimkan orang Irak untuk mendekati Ramadi. "Orang kami dari Bagdad saat ini sudah mendekati Ramadi, yang mungkin menjadi tempat Meutya dan Budiyanto berada," katanya.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Marty Natalegawa dalam konferensi pers di kantornya menyatakan, Tim Upaya Penanggulangan Krisis pemerintah Indonesia akan berusaha membangun komunikasi dengan otoritas pemerintahan sementara di Irak. Tim itu, kata dia, juga akan menjalin komunikasi dengan negara-negara di Timur Tengah.
Marty menolak menjelaskan bentuk dan mekanisme komunikasi dengan negara-negara itu. "Kami mohon maaf, ada hal-hal yang sifatnya operasional yang tidak dapat kami sampaikan, " katanya.
Ia menjelaskan, tim itu akan mempelajari rekaman gambar yang dirilis stasiun TV Al-Jazeera. Dari rekaman berisi pernyataan Faksi Tentara Mujahidin Irak itu, kata Marty, akan dicari indikasi-indikasi tentang kemungkinan tempat serta nasib Meutya dan Budiyanto.
Sejauh ini, kata Marty, penyandera hanya meminta klarifikasi dari pemerintah tentang keberadaan kedua wartawan Metro TV itu di Irak. Pemerintah, menurut dia, sudah memenuhi tuntutan itu melalui pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut Marty, pernyataan Presiden Yudhoyono saat ini sudah diterjemahkan ke bahasa Arab. Tim pembebasan bekerja sama dengan Kedutaan RI juga akan berupaya agar pernyataan Presiden bisa dimuat media massa lokal di Irak. "Pesan Presiden kami upayakan untuk diberitakan oleh koran lokal di Ramadi dan Bagdad," kata Marty.
Dalam kesempatan itu, Marty menyatakan, pemerintah mengimbau semua wartawan Indonesia agar segera meninggalkan Irak. Ia menyebutkan tidak bermaksud membatasi gerak wartawan, melainkan demi keselamatan warga negara Indonesia. Ia mengaku tidak memiliki data wartawan di negara itu. "Ada beberapa wartawan yang sedang melakukan peliputan di Irak. Salah satunya wartawan Tempo," katanya. (ti/Dul)
Terpopuler
1
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
2
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
3
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
4
Negara G7 Dukung Israel, Dubes Iran Tegaskan Hindari Perluasan Wilayah Konflik
5
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
6
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
Terkini
Lihat Semua