Warta KONFERENSI INTERNASIONAL HAJI PBNU-IRAN

Haji untuk Persatuan Umat Islam

NU Online  ·  Sabtu, 2 Oktober 2010 | 08:11 WIB

Jakarta, NU Online
Dengan berkumpulnya seluruh umat Islam dari berbagai negara di dunia, haji memiliki potensi besar untuk mengetahui kondisi dan keadaan saudara muslim yang berada di negara lain.

Sayangnya, cita-cita tersebut belum tercapai, masing-masing negara muslim sibuk dengan urusannya sendiri tanpa peduli dengan urusan orang lain.<<>br />
“Negara muslim kaya menikmati kekayaannya, membiarkan Palestina tertindas oleh Zionis Israel,” kata Ketua DPR RI Marzuki Ali ketika membuka Konferensi Internasional Haji dengan tema “Peran Haji dalam Memperkuat Kerjasama dan Persatuan Umat Islam” kerjasama PBNU dan Islamic Cultural Relations Organization (ICRO) Iran di Jakarta, 2-3 Oktober.

Marzuki menjelaskan, dalam berbagai pertemuan parlemen anggota OKI atau Asia, keprihatinan terhadap nasib Palestina selalu muncul. Sayangnya dukungan penuh dari negara di sekitar Pelestina belum terwujud.

“Bangsa yang seharusnya berada di lingkaran terdekat Palestina sulit menyatukan diri,” katanya. Indonesia, meskipun lokasinya jauh, secara konsisten dan kongkrit telah membela Palestina.

Haji, lanjutnya, mampu menyatukan seluruh umat manusia dibawah kebesaran tuhan, diluar upaya penyatuan dalam bentuk suku, bangsa, bahasa, negara dan lainnya yang berserakan di seluruh dunia. Sayangnya, potensi persatuan dunia ini belum bisa dimaksimalkan.

Dijelaskannya, sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia termasuk yang paling dominan dalam pengiriman jamaah haji karena memiliki proporsi sekitar 20 persen dari total jamaah haji. Pada masa lalu, jamaah haji Indonesia bahkan bisa mencapai 40 persen. Tak heran, bahasa melayu saat itu menjadi bahasa kedua setelah bahasa Arab karena banyaknya jamaaha haji dari nusantara.

Ia berharap agar makna haji baik bagi individu maupun sosial mampu diinternalisasi dalam diri jamaah haji. Jangan sampai haji sekedar wisata ke Makkah saja dan kehilangan makna ketika pulang kembali ke negaranya masing-masing.

Sementara itu Hujjatul Islam Qazi Asgar, wakil pemimpin tertinggi (Wali Fakih) dalam urussan haji Iran, berharap agar momentum haji dapat menjadi ajang pertemuan para ulama-ulama sedunia untuk membahas berbagai permasalahan yang melanda ummat.

Ia mencontohkan, ulama atau para amirul hajj dari seluruh dunia bisa membicarakan bagaimana membantu rakyat Pakistan yang saat ini baru saja terkena bencana banjir, atau bagaimana mensikapi pembakaran Al Qur’an yang terjadi di Amerika Serikat.

Terkait dengan hubungan antara Islam Indonesia dan Iran, ia menyatakan, muslim Indonesia menduduki tempat khusus bagi Iran karena terdapat kedekatan budaya diantara keduanya. (mkf)