Warta KONFERENSI NU INTERNASIONAL

Gus Sholah: Tumbuhkan Kembali Ruh Jihad NU

Sabtu, 24 Oktober 2009 | 13:38 WIB

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Tebu Ireng KH Salahuddin Wahid atau biasa dipanggil Gus Sholah mengatakan ancaman terbesar NU saat ini adalah pragmatisme politik yang akhirnya bisa menghilangkah ruh jihad. Karena itu, ruh jihad NU yang saat ini telah merosot perlu ditumbuhkan kembali.

Hal ini dikatakan dalam penyampaian visi misi calon ketua umum PBNU 2010-2015 yang diselenggarakan oleh NU International Network di Bogor, Sabtu (23/10).<>

Dalam analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threaten) yang dilakukannya, NU memiliki ajaran lentur yang moderat, jumlah jamaah yang amat besar, jaringan luas sampai kepercayaan luar negeri. Sayangnya, pengorganisasian yang dilakukan kurang maksimal dan potensi amal usaha NU masih tertinggal disbanding organisasi lain.

Kesadaran akan berbagai kelemahan ini telah menjadi peluang untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan, apalagi adanya peluang dari tenaga muda terdirik yang sangat banyak jumlahnya dengan berbagai latar belakang keilmuan.

Namun, disisi lain, berbagai ancaman juga muncul seperti konflik masalah politik, pragmatisme, mitos bahwa NU tidak bisa dikelola dengan baik dan munculnya ajaran Islam yang bertentangan dengan aswaja baik yang liberal maupun fundamentalis.

“Masih ada cabang-cabang yang baik, dan jika kita serius, dalam lima tahun mendatang, kita bisa memperbaiki 10-15 cabang dan lima tahun berikutnya juga semakin banyak. Muslimat NU saja bisa mengapa kita tidak,” tanyanya.

Mengenai posisi politik NU, ia berharap adanya penegasan posisi yang tidak multitafsir. “Struktur NU tidak boleh tidak boleh melibatkan diri dalam politik praktis, kalau tokoh struktur NU menjadi calon dalam Pilkada atau pilpres, harus mundur dari struktur NU,’ tandasnya.

Mengenai posisi dan wilayah kewenangan syuriyah dan tanfidziyah, Adik Gus Dur ini menyatakan perlunya wilayah kebijakan dan operasional. Ia sepakat muktamar hanya memilih rais aam dan wakil rais aam, sedangkan pengurus lengkap syuriyah memilih ketua umum PBNU dan ketua PWNU/PCNU. (mkf)