Warta PENDIDIKAN

Guru Agama Harus Berwawasan Luas

Sen, 12 Desember 2011 | 02:45 WIB

Semarang, NU Online
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) harus berwawasan luas. Tak boleh puas dengan menguasai ilmu tentang mengajar pelajaran agama di dalam kelas. Sebab, selain PAI sendiri lingkup ilmunya luas, guru-gurunya juga harus menguasai ilmu lain di luar kurikulum sekolahnya.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Pendidikan Agama dan Keagamaan (Balitbang) Kemenag RI oleh Amin Haidari saat memberikan kuliah umum di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Wahid Hasyim Semarang, belum lama ini. Kuliah dihadiri 300-an mahasiswa FAI berbagai angkatan.

<>Haidari menjelaskan, perlunya guru agama berawasan luas, karena saat ini sudah banyak siswa yang melenceng pemahaman keagamaannya. “Berdasar survey yang dia lakukan, 36% siswa muslim tingkat SLTA setuju berdirinya negara Islam. Lalu, 19% setuju menolak bendera merah putih,” ungkapnya.

“Di antara pendiri ini negara ini umat Islam. Yang mempertahakan kemerdekaan juga umat Islam. Tapi saat ini sudah banyak orang membenturkan nasionalisme dengan agama Islam. Jagi, guru PAI harus bisa mencegah lunturnya rasa kebangsaan ini. Jangan sampai malah guru PAI jadi bagian dari masalah tersebut,” jelas PP Ketua Rabithatul Ma'ahid Al-Islamiyah (RMI).

Pada kesempatan itu, Haidari juga meminta para guru Pendidikan Agama Islam menguasai teknologi. Setidaknya menguasai dunia internet. Sebab saat ini internet merupakan sarana efektif untuk membantu mengajar dan juga tempat terjadinya perang pemikiran yang resikonya bisa merusak pola pikir para murid sekolah.

Secara khusus ia berpesan kepada hadirin untuk menjadi benteng bagi para murid dari gerakan penyesatan yang dilakukan oleh kaum radikal yang sedang gencar mengobarkan permusuhan kepada NKRI dan menebar kebencian terhadap umat Islam yang tidak mendukung kelompok mereka.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Asro'ie Thohir menyampaikan,  guru agama, khususnya PAI, harus bisa menjadi contoh bagi para muridnya.

Menurutnya, mengajar agama bukanlah membagikan pengetahuan, tapi mendidik keimanan dan ketaqwaan. “Jadi, para guru PAI punya beban moral lebih berat. Karenanya, harus lebih serius dalam belajar dan menempa diri,” tegasnya.

 

Redaktur     : Hamzah Sahal
Kontributor : M Ichwan