Warta

Generasi Muda Harus Punya Strategi Informasi

NU Online  ·  Rabu, 8 Oktober 2008 | 21:37 WIB

Pati, NU Online
Ramainya wacana kepemimpinan kaum muda merupakan angin segar bagi regenerasi figur pemimpin bangsa. Namun jika tak dibingkai dengan persiapan matang, kreatifitas kepemimpinan dan strategi informasi yang utuh, kaum muda hanya menjadi benalu peradaban.

Strategi informasi mutlak harus dimiliki oleh generasi muda. “Kalau kaum muda tak memahami arus pengelolaan informasi, jangan harap dapat bersaing dan survive. Di era global ini, pemegang informasi memiliki peran dan posisi strategis,&<>amp;rdquo; ujar budayawan Anis Sholeh Ba’asyin.

Pernyataan disampaikan dalam diskusi “Kaum Muda Menjawab Era Informasiyang diadakan oleh Lembaga Kajian al-Hikmah, Pati, Jawa Tengah, Senin (6/10).

Agenda diselenggarakan di Auditorium MA Misbahul Ulum, Pasucen, Trangkil Pati. Selain Anis Sholeh Ba’asyin yang juga Pimpinan Orkes Puisi Sampak Gus Uran, diskusi juga menghadirkan dosen dan praktisi InformasiM Turmudzi.

Menurut Anis, selain memiliki soft skill dalam pengelolaan informasi, pemimpin muda juga diharapkan paham dengan akar sejarah bangsa. “Pemimpin muda, hendaknya mengerti akar sejarah bangsa ini. Sehingga dalam berpolitik, tak sekedar sesuai dengan hasrat kuasa,” katanya.

”Perpaduan pengalaman sejarah dengan trategi informasi akan menjadi jiwa kepemimpinan tokoh muda menjadi lebih matang,” tambahnya.

Dikatakan, strategi pengelolaan informasi akan menjadi faktor penting penyelenggaraan kampanye untuk meraih simpati publik. ”Nalar politik dewasa ini, telah memasuki era baru dengan strategi informasi untuk mendukung politik pencitraan,” katanya.

Sementara itu M Turmudzi menyampaikan, strategi informasi akan menjadikan generasi muda lebih sigap menghadapi kehidupan.

”Pilihannya, kalau tidak dapat menguasai informasi, kita akan dikuasai dan ditelan oleh arus informasi,” tegas Turmudzi.

Diksusi yang dihadiri puluhan mahasiswa dan mahasantri di Pati ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh beberapa penyair muda, dari lima kota, yakni Mbah Wijo Silugonggo (Yogyakarta), Munawir Aziz (Pati), Santoso el-Mozart (Bali), Tyo’ el-Nugro (Bantul) dan Nor Mohammed (Sleman). (ziz)