Jakarta, NU Online
"Pembajakan dalam industri rekaman di Indonesia sudah sangat memprihatinkan, disamping memiskinkan para pelaku seni, pembajakan mengakibatkan demoralisasi masyarakat pencinta musik, dan mengambat kreativitas para seniman," kata Franky Sahilatua, penyanyi lagu-lagu balada dan aktivis ini.
Karena dinilainya sudah teramat parah, salah satu langkah penting yang perlu diambil untuk menghentikan kegiatan haram itu, Franky mengusulkan pembubaran Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) harus dibubarkan. "ASIRI harus dibubarkan, karena sudah menjadi benalu," serunya.
"Kalau saya melihat para pembajak kini sudah berlari cepat, para pemberantasnya malah diam di tempat," katanya ketika menghadiri penandatangan kesepahaman (MoU) antara Direktorat Jenderal (Ditjen) Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dengan HAM RI dan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI), di Tangerang, Kamis (24/2).
Sebelumnya, dalam dialog bulan Desember 2004, dan Diskusi Kebudayaan yang diselenggarakan NU Online, Kamis (27/2) Franksy mengungkapkan, bahwa para pelaku pembajakan itu berasal dari kalangan produser yang mendominasi industri musik nasional itu sendiri. “Total hasil rekaman legal yang mereka buat hanya sekitar 16 persen, tetapi total produksi haramnya atau yang dibajak mencapai 84 persen, “ ungkap Franky.
“Bagaimana mungkin, produser musik tidak memiskinkan seniman, sementara mereka menikmati kemewahan,” kata Franky menandaskan.
Tak kalah buruknya, akibat pembajakan untuk tujuan komersial tersebut, ungkap Franky, adalah kreatifitas kalangan seniman mengalami pembusukan. Sebelum industri musik lokal dikuasai asing, rata-rata album yang diproduksi setiap bulannya mencapai 50 – 60 album. Intensitas itu menurun drastis sejak pemodal asing menguasai industri musik nasional. “Jangankan dalam satu bulan, dalam satu tahun saja album yang diproduksi paling besar hanya kurang dari 50 album,” tuturnya.
Bila disebutkan dalam angka-angka, nominal kerugian yang diderita negara akibat pembajakan yang dilakukan para produser untuk tahun 2002 mencapai Rp 17.199 miliar. “Bila jumlah seniman musik yang terlbiat dalam industri ini, diasumsikan 10 ribu orang, dan Hak para seniman sebesar 15 persen, maka rata-rata kerugian seorang seniman musik untuk tahun 2002 sebesar Rp 257.985 ribu per orang,” paparnya.
Karena penggerusan yang dilakukan para pembajak itu, Franky menyatakannya kejahatan di bidang ini sudah sangat mengkhawatirkan dunia musik di Tanah Air.
Para penegak hukum dinilai kurang bergreget dalam menangani masalah tersebut. Ia lalu menganalogikan kasus pembajakan dengan aksi pembabatan hutan secara liar (illegal logging).
"Dalam kasus illegal logging selalu ada polisi nakal dan polisi baik. Yang satu berperan sebagai polisi yang baik dan satu lagi jahat. Nah, itu tidak hanya terjadi dalam illegal logging, tapi juga di illegal recording," katanya lagi.
Membasmi para pembajak, kata penyanyi yang dilahirkan di Surabaya, 16 Agustus 1953 ini, memang butuh usaha keras. Tak hanya dari pemerintah dan penegak hukum, tapi juga dari masyarakat itu sendiri. Lanjutnya, masyarakat harus diberikan pencerahan terus-menerus tanpa lelah bahwa membeli bajakan sama halnya dengan mencuri. "Ada hak orang lain yang dicuri," tegasnya.
Franky rupanya tak mau tinggal diam menyaksikan semua itu. Ia mengklaim bahwa dirinya kini tengah bergerilya dengan rekan-rekannya di Senayan. "Kalau aparat loyo, cara lain yang harus dilakukan ya bergerilya di gedung DPR," ujar aktivis yang sering berdiskusi dengan Anggota Komisi X DPR - RI Masduki Baidlowi ini. (Dul)
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
6
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
Terkini
Lihat Semua