Warta

FOKSIKA Akan Tingkatkan Profesionalisme

NU Online  ·  Selasa, 11 November 2003 | 16:02 WIB

Jakarta, NU.Online
Ketua umum Foksika PMII (Forum Komunikasi dan Silaturrahmi Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), H. Ahmad Bagdja mengatakan, bertekad  untuk terus mengembangkan organisasi para alumni PMII ini menuju kepada penataan organisasi secara profesional dan memperjuangkan perbaikan angotanya.

Hal ini dilakukan karena selama ini masih terlihat rendahnya profesionalisme dalam membangun organisasi. Akibat penataan organisasi yang tidak fokus, hasil yang diperoleh juga kurang maksimal bagi kemajuan organisasi. Kiprah anggota hanya sekadar menggugurkan kewajiban, daripada tidak mengikuti organisasi

<>

Dalam wawancara dengan NU Online, Mantan Wakil Ketua DPA tersebut mengatakan untuk itu sesuai dengan kondisi saat ini, FOKSIKA memiliki tiga program utama selama tiga tahun ke depan.

Program pertama yang akan dikembangkan adalah membuat jaringan diantara para alumni PMII yang terdapat di berbagai daerah dan bergelut dalam berbagai bidang pekerjaan. “Paling tidak diperoleh data-data kongret tentang alumni seperti pekerjaan, posisi, tempatnya dalam waktu tiga tahun sehingga dapat dilakukan mapping sekaligus mengembangkan FOKSIKA di daerah.

Sebagai organisasi yang memiliki banyak alumni dan sekaligus membantu mereka untuk bisa berperan dalam masyarakat di tengah-tengah maraknya pengangguran saat ini, maka FOKSIKA menganggap penting untuk dapat membantu karir alumni, baik di birokrasi, politisi, atau akademisi, dan di sektor usaha. “Bahkan sudah ada niat dari Jawa Tengah yang akan mengadakan pertemuan alumni-alumni yang bergerak dalam bisnis,” jelasnya tentang keinginan para anggota FOKSIKA untuk dapat berperan dalam berbagai bidang.

Dengan sedemikian banyak anggota yang berkualitas, tentu saja FOKSIKA menganggap pentingnya peningkatan kualitas para anggota PMII dengan melalui pelatihan-pelatihan ataupun mengusahakan beasiswa, baik di dalam negeri atapun di luar negeri, termasuk memberikan mentoring pada PMII. “Alumni PMII yang memiliki keahlian tertentu seperti hukum, ekonomi, agama, dll harus memberikan bimbingan kepada PMII. Jadi teman-teman PMII bisa dibantu oleh para alumninya,” tegasnya.

Memang harus diakui bahwa saat ini alumni PMII masih cenderung acuh, bahkan ada yang saling menjegal antar anggota, terutama dalam bidang politik antar anggota yang berbeda partai, sehingga komunikasi yang baik sangat diperlukan agar keadaan ini bisa menjadi cair dan terdapat saling bantu membantu antar anggota dan terjadi sinergi.“FOKSIKA dapat menjadi jalur komunikasi, walaupun hal ini tidak mudah. Yang dulu sulit sekarang bisa ketemu. Memang sekarang belum fokus pada pemberdayaan alumni, jadi sekarang masing berupaya membangun komunikasi dan silaturrahmi.” tegasnya.

Perluasan bidang garapan alumni PMII tersebut juga sangat penting karena selama ini kader PMII masih terfokus dalam bidang politik, dan itupun masih di PPP atau PKB sedangkan di birokrasi hanya dominan di departemen agama. Jadi kita coba lagi bahwa mereka punya kewajiban untuk mengembangkan potensi alumni. Yang belum kelihatan adalah di luar birokrasi dan politik, padahal saya bertemu di Bengkulu ada alumni PMII yang menjadi pengusaha besar, demikian juga di Jawa Tengah atau Kalimantan Selatan yang banyak bergerak dalam sektor batubara, di sektor  perbankkan juga banyak, dll cuma yang menonjol adalah sektor politik saja sehingga bidang pengabdian yang lain juga perlu diangkat dan mungkin ke depan pertemuan akan diadakan berdasarkan pada profesi, misalnya yang segera dilaksanakan adalah pertemuan alumni-alumni PMII yang menjadi hakim dan jaksa, jadi pendekatannya profesional” tambahnya.

Sementara itu dihubungi secara terpisah, hal senada diungkapkan alumni muda PMII, A'am Khairul Amri. Ia mengatakan, lemahnya pengembangan FOKSIKA selama ini itu bukan sekadar rendahnya profesionalisme semata tapi juga  karena minimnya jaringan kerja terhadap pihak lain. Kelemahan jaringan kerja itu  sangat mempengaruhi langkah organisasi untuk berkembang lebih jauh. "Padahal, kesolidan sebuah organisasi akan sangat ditentukan oleh cara ia membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan pihak lain," ungkapnya

Kemudian tambahnya, sejauh ini belum ada upaya maksimal menempatkan kader-kader FOKSIKA pada jalur strategis sebagai pilihan peran dan strategi gerakan. Tujuh kekuatan strategis itu adalah ABRI, birokrasi, pers, Ormas, LSM, profesi, dan Parpol. "karena itu penempatan kader dalam berbagai kekuatan strategis, akan menentukan keberadaan di masa mendatang," kritik A'am yang juga ketua Garda Bangsa PKB ini.(mkf/cih)**