Dua Gerhana Di Bulan Ramadhan Merupakan Fenomena Alam
NU Online · Ahad, 16 November 2003 | 02:29 WIB
Jakarta, NU.Online
Kepala Osbservatorium Bosscha Kabupaten Lembang, Jawa Barat Moeji Raharto mengatakan, terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari di bulan Ramadhan 1424 Hijriah merupakan fenomena alam biasa, hingga masyarakat tidak perlu khawatir secara berlebihan adanya fenomena alam tersebut.
"Secara astronomi kehadiran dua gerhana dalam satu bulan atau bulan Ramadhan, sudah biasa terjadi yang tidak berbeda jauh dengan kehadiran dua gerhana di bulan Rabiul Awal pada tanggal 16 Mei dan 19 Mei 2003 lalu," ungkapnya kepada ANTARA, di Bandung, Minggu.
<>Moeji Raharto menyebutkan gerhana total bulan telah berlangsung pada tanggal 9 November 2003 kemarin, sedangkan gerhana total matahari akan terjadi pada tanggal 24 November 2003 nanti.
Menurutnya, fenomena alam gerhana bulan dan gerhana matahari yang datang bersamaan pada bulan Ramadhan sampai sekarang telah terjadi sekitar 60 kali terhitung dari sekitar 10 hijriah silam.Fenomena alam tersebut yang terjadi pada bulan Ramadhan 1424 Hijriah, tidak berbeda jauh dengan kehadiran bulan purnama dan hilal.
Oleh karena itu, katanya, masyarakat tidak perlu risau dengan akan kehadiran kiamat terlebih lagi saat ini pada bulan
Ramadhan 1424 Hijriah hadir hujan meteor. Dikatakannya, kehadiran dua gerhana dan hujan meteor di bulan Ramadhan merupakan hukum alam yang cukup menarik, hingga mengajak umat manusia dapat menyaksikan kebesaran Allah SWT.
"Terlebih lagi, saat ini tengah berlangsung bulan Ramadhan, hingga mengajak umat Islam dapat merasakan keagungan bulan Ramadhan 1424 Hijriah kali ini seiring kehadiran malam Lailatul Qodar," paparnya.
Pasalnya fenomena alam ini merupakan fenomena alam yang cukup menarik dimana kehadiran dua gerhana dan hujan meteor dapat berlangsung pada bulan Ramadhan 1424 Hijriah.
Di bagian lain, Moeji menyebutkan masyarakat Indonesia tidak akan dapat menyaksikan fenomena alam gerhana total bulan dan gerhana matahari, kecuali masyarakat yang berada di Benua Antartika. Sedangkan di Benua Australia sendiri masyarakatnya hanya dapat menyaksikan sebagian gerhana tersebut.
Demikian pula halnya untuk menyaksikan hujan meteor pada yang terjadi pada tanggal 13 November dan 14 November 2003 kemarin, kata Meoji yang terhalang oleh awan yang agak mendung.
"Karena itu, Observatorium Bosscha berharap pemantauan hujan meteor dapat disaksikan pada tanggal 18 November dan 19 November 2003 nanti, namun itupun hanya dapat menyaksikan satu atau dua meteor saja," ucapnya.
Meski demikian, disebutkannya upaya menyaksikan fenomena alam tersebut juga kecil kemungkinan dapat terlihat karena kehadiran leonid meteor pada tanggal 19 November 2003 di Indonesia berlangsung pada siang hari. "Intinya fenomena alam gerhana bulan, gerhana matahari dan hujan meteor secara astronomi merupakan hukum alam biasa,"
demikian Moeji Raharto.(Atr/Cih)**
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
Terkini
Lihat Semua