Doa Kiai Saifuddin Zuhri Menggema di Ulang Tahun Bung Karno
NU Online · Senin, 7 Juni 2010 | 05:12 WIB
Kiai Saifuddin Zuhri dikenal sangat dekat dengan Bung Karno. Sejak muda ia telah membaca seluruh karya Bung Karno apalagi setelah diangkat menjadi Menteri Agama. Ia pun setia mendampingi Bung Karno sampai dimakzulkan dari jabatannya. Bahkan sampai meninggal ia masih menunjukkan kecintaannya pada Sang Proklamator itu.
Terbukti ketika diundang Ualng tahun Bung Karno karena bertepatan dengan Pelaksanaan Muktamar NU di Semarang tahun 1979 ia tidak bisa hadir tetapi menulis sebuah artikel di harian Merdeka, yang isinya serangkaian doa terhadap guru dan sahabatnya.<>
Doa yang ditulis tahun 1979 itulah kemarin saat perayaan hari kelahiran Bung Karno 6 Juni 2010 yang merupakan hari lahir yang ke109. Doa itu dibacakan kembali oleh seorang Soekarnois. Begitu mendalamnya doa yang digubah oleh Sang Kiai itu sehingga membuat hadirin terharu, bahkan sebagian meneteskan air mata. Doa Kiai Saifuddin itu berbunyi:
"Ya Allah begitu banyak orang memuja Bung Karno, padahal ia cuma kecil saja jika dibandingkan dengan Engkau. Jika kepada yang kecil tetap dipuja, apalagi kepada yang Maha Besar, Allah Yang Maha Akbar! Tetapi Bung Karno yang kecil itu menjadi besar dalam pandangan kami lantaran ia memuja Engkau. Kata-katanya yang membekas pada kami ialah: Perjuanganku tanpa henti mempersatukan bangsaku , kerja kerasku membanting tulang dan memeras keringat mendirikan republik Indonesia bersama-sama rakyatku, karena persembahanku kepadamu Ya Allah. Siang dan malam aku hanya ingin mengabdi kepada Rakyat dan menyembah kepadaMU."
Sementara itu acara yang digelar oelh yayasan Bung Karno itu dihadiri oleh anak-anak Bung Karno seperti Guntur, Sukmawati dan Guruh. Selain itu acara yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi Jakarta Pusat itu juga dihadiri oleh anak cucu para pendiri bangsa sehinga acara itu menjadi reuni kaum pejuang Indonesia.
Dalam sambutannya yang mewakili Keluarga Bung Karno, Guruh menyampaikan, pikiran Bung Karno yang mengedepankan kedaulatan bangsa, berdasarkan karakter bangsa saat ini telah dilupakan. Bahkan Bung karno sendiri sebagai penganjur semua itu telah dihancurkan namanya sejak dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tidak banyak lagi yang mengenal gagasan dan cita-cita besar Bung Karno.
"Proses desoekarnoisasi memang berjalan sangat sistematis, baik dalam dunia pendidikan dalam dunia politik sehingga untuk membangkitkan semangat Bung Karno yang mencita-citakan Indonesia mandiri dan berdaulat sangat susah. Akhirnya kita menjadi negara kerdil yang diobang-ambing oleh kepentingan bangsa lain," katanya.
Sementara itu Sukmawati menceritakan bahwa saat ini ia sedang mempersiapkan sebuah film kolosal tentang Bung Karno. Mengingat film ini berskala besar dan untuk memperkenalkan Bung Karno pada dunia internasional setara Gandi, Nehru, Nkrumah dan sebagainya maka harus dibuat dalam bahasa Inggris dan diproduksi oleh sineas terkenal, agar bisa disaksikan oleh pemirsa di seluruh dunia, setara dengan kebesaran Bung Karno sebagai pemimpin dunia ketiga. (nam)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
5
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua