Warta

Di Sumatra Barat, Aswaja Berkembang Pesat

NU Online  ·  Rabu, 6 Oktober 2010 | 05:14 WIB

Jakarta, NU Online
Kalangan Islam moderat di Sumatra Barat terus berkembang dan menjadi kelompok mayoritas. Salah satu yang mewakili mereka adalah madzhab ahalussunnah wal jama’ah, biasa juga dikenal dengan Aswaja. Mereka jauh dari tindak kekerasan, ramah dengan adat istiadat, mudah bergaul, tidak suka pamer, serta tawadlu dalam menjalankan agama.

Penilaian tersebut diungkapkan oleh Buya Tuanku Bagindo HM Letter, Pembina Lembaga Kerapatan Adat Minangkabau (LKAAM), saat berkunjung ke kantor redaksi NU Online, Selasa (5/10) dalam diskusi terbatas dengan Abdul Mun’im DZ (Wakil Sekjend PBNU), KH Masyhuri Malik (Ketua PP LAZNU), dan H Mustholihin (Sekretaris PP LPNU).
>
“Kalangan ahlussunnah dapat diterima masyarakat Minangkabau karena bisa mewarnai adat setempat, mereka ramah, rendah hati. Mereka beragama dengan metode. Metode itu berubah-ubah sesuai dengan semangat zaman. Tidak seperti orang Wahabi. Wahabi ingin menyatukan budaya dunia. Ini justru bertentangan dengan ketentuan Allah,” jelas Bagindo Letter.

Dia mengatakan bahwa perkembangan Aswaja di tanah Minang itu dibuktikan dengan antusiasme masyarakat mengikuti tarekat Naqsabandiyah, Satariyah. dan lain-lain.

“Pengajian-pengajian tarikat dibanjiri orang, kuburan Syekh Burhanudin diziarahi ribuan orang,” contoh Bagindo Letter. “Orang Wahabi sedikit, hanya di kota. Mereka tidak membid’ahkan tarekat, ziarah kubur doa dan dzikir bersama,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Bagindo Letter yang juga salah seorang anggota A’wan PBNU menyatakan bahwa Perang Padri di Sumatra Barat yang meletus tahun 1821 hingga 1837 bukanlah perang kaum agama dengan kaum adat. “Itu perang madzah ahlussunnah yang rukun dengan adat dan orang Wahabi yang membasmi adat,” kata Bagindo Letter. (hmz)