Warta

Demokratisasi Merupakan Satu Proses yang Panjang

NU Online  ·  Kamis, 14 Agustus 2003 | 10:22 WIB

Jakarta, NU Online
Reformasi telah berjalan lima tahun sejak runtuhnya rezim orde baru. Namun demikian, hasil yang dicapai jauh dari harapan yang diimpikan ketika bangsa ini mengalami euphoria reformasi sehingga menimbulkan kekecewaan pada banyak orang.

Pemimpin Umum LKBN Antara M. Sobary dalam acara diskusi buku Rakyat Menggugat karya Setiawan Jody di LP3ES mengatakan bahwa kita dahulu berasumsi sangat sederhana bahwa keadaan Indonesia akan lebih baik ketika Soeharto turun, kita akan makmur dengan adanya otonomi daerah, kita akan menjadi Negara demokratis, dll tanpa kita memikirkan bagaimana proses yang terjadi didalamnya,
 
“Proses demokrasi tidak sesederhana seperti yang diungkapkan oleh para pengamat politik,” ungkapnya. Para pengamat tersebut hanya mendasarkan dirinya pada teori-teori yang ada yang berasal dari Barat yang belum tentu cocok dengan yang terjadi di Indonesia. ”Mereka hanya menonton dengan kacamata turis pada fenomena yang terjadi di Barat, tanpa mengetahui betapa sulitnya proses untuk menjadi negara yang benar-benar demokratis, kita hanya mengaguminya tanpa memikirkan secara kritis,” tambahnya.

<>

Saat ini kita sudah mengalami betapa pedihnya proses yang kita alami bagaimana sulitnya untuk menjadi satu negara yang benar-benar demokratis dan berkeadilan.
 
Sementara itu Rendra yang ikut menjadi pembicara dalam acara tersebut mengatakan perlunya peninjauan kembali peran LSM yang saat ini sudah mulai mengalami kemapanan dan juga perguruan tinggi yang saat ini sudah mengalami kemandekan karena tidak adanya pemikiran-pemikiran baru yang dihasilkannya.

Dr Rachman Achwan dalam acara yang sama juga memberikan komentar  bahwa organisasi masyarakat warga (termasuk LSM advoksi memainkan peran penting dalam mendorong proses demokratisasi di Indonesia, namun proses tersebut kurang berhasil dalam merombak struktur dominasi yang kurang adil dan demokratisasi di kedua era tersebut.

Reformasi sendiri tidak dapat mengelakkan dirinya dari situasi paradok dan membuat tidak jelas orientasi pengelolaan negara dan masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan gerakan LSM Indonesia adalah kegagalannya membangun gerakan ini menjadi gerakan sosial yang melibatkan perbagai kelompok masyarakat lokal.(mkf)