Warta ISLAH PARPOL BERBASIS NU (10)

Dalam Sejarahnya, Politik NU Selalu Hadapi Kerikil

NU Online  ·  Jumat, 4 Juni 2010 | 11:52 WIB

Jakarta, NU Online
Tak hanya saat ini saja terjadi gonjang-ganjing dalam politik NU dengan perpecahan PKB, dalam sejarahnya, politik NU selalu menghadapi kerikil yang menghambat perjalanannya.

Namun demikian bukan berarti politik NU akan, mati, dalam kondisi apapun, harus tetap eksis dan dinamis untuk menghadapi tantangan dan persoalan yang dihadapi. Konflik yang menjadi persoalan PKB sebagai perwujudan politik NU harus dapat diselesaikan untuk mengembalikan kejayaan politik NU.<>

“Jangan sampai politik NU pudar, apalagi hilang,” kata Lalu Misbah, politisi PKB Kalibata dalam diskusi “Masa Depan Politik NU Pasca Islah PKB” yang berlangsung di press room DPR RI, Jum’at (4/6).

Jika pada masa kini tantangan datang dari kalangan internal, pada masa lalu, persoalannya datang dari eksternal. Masa Orde Baru, NU dengan sejumlah partai Islam lainnya digabung dalam wadah Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Meskipun pemilik suara terbesar, dibawah pimpinan Mintareja yang berlatar belakang Muslimin Indonesia (MI), kader NU tak banyak mendapatkan tempat.

“Orang NU tak begitu getol merebut jabatan, tetapi kalau sudah diamanahi jabatan, pasti bertanggung jawab,” katanya.

Selain itu, karakter yang dimiliki oleh orang NU adalah, sangat tunduk pada perintah rais aam PBNU, jika yang sudah dikatakan A, maka juga akan dilaksanakan A.

Selanjutnya, pada tahun 1984, NU secara resmi keluar dari PPP melalui keputusan Muktamar ke-27 NU di Situbondo, yaitu kembali ke khittah. Sejak saat itu, warga NU dibebaskan memilih partai yang sesuai dengan pilihannya sendiri.

Namun demikian, masih banyak warga NU yang berkarir politik di PPP. Dominasi kepengurusan kader NU di partai berlambang Ka’bah ini baru terwujud sejak terpilihnya Hamzah Haz menjadi ketua umum partai ini yang terus berlangsung sampai sekarang.

Masa Reformasi memunculkan kembali politik NU melalui PKB yang didirikan oleh PBNU. Berjaya pada pemilu 1999, lalu berbagai persoalan muncul yang sifatnya lebih internal, yaitu konflik yang tiada habis-habisnya dalam tubuh partai ini.

Sebagai “orang tua”, Lalu berharap agar PBNU turun tangan mengatasi konflik yang saat ini timbul diantara anak-anaknya yang nakal. “PBNU jangan sampai mengambil keputusan yang merugikan warga NU,” katanya.

Ia menegaskan, PKB Kalibata semua guyub islah. Upaya ini sudah mulai dirintis sejak sebelum Gus Dur meninggal. “Gus Dur berpesan untuk membesarkan dan menyatukan kembali PKB,” tandasnya. (mkf)