Bos Infotainment Siap Dialog dengan NU
NU Online · Senin, 31 Juli 2006 | 15:57 WIB
Jakarta, NU Online
Keprihatinan NU terhadap tayangan infotainment yang lebih didasarkan pada gosip dan bahkan ada yang memfitnah mendapat respon dari Bos Bintang Group, Ilham Bintang. Untuk itu ia sudah meminta PWI bagian infotainment menggelar rapat bersama bos-bos infotainment lain. Ia juga berharap kelak bisa duduk dan membicarakan masalah infotainment ini dengan NU agar keresahan ini bisa terakomodir.
Dikatakan oleh produsen Cek and Recek tersebut bahwa keresahan para ulama ini sebagai teguran keras dan kritikan pedas yang harus ditanggapi oleh orang-orang yang berada di balik layar infotainment. Namun ia menolak bahwa infotainment adalah tayangan yang haram karena infotainment dan isi tayangan yang ada di dalamnya adalah hal yang berbeda. "Dulu di Ancol ada judi, tapi tidak pernah diharamkan kan kita pergi ke Ancol," ujarnya beranalogi, Senin.
<>Menurutnya kalau sekedar memberitakan fakta perceraian artis boleh saja sejauh itu fakta dan proporsional. Namun ia tak memungkiri bahwa ada tayangan infotainment yang melangkah terlalu jauh dari batasan.
"Memang ada sebagian kecil infotainment, saya sering juga kok kritik mereka karena tidak menguasai kompetensi teknis, dan pesan komunikasi itu apa. Mereka kadang asik memburu fakta pendapat bukan fakta peristiwa," papar Ilham.
Keresahan yang disuarakan oleh NU tersebut juga menjadi perdebatan di salah satu milis. Moderator Jalansutra.com tidak setuju organisasi sebesar NU mengurusi hal remeh seperti ini. Masih banyak PR yang lebih haram seperti korupsi dan kolusi yang masih terus terjadi. Bahkan pelacuran dan perjudian yang nyata-nyata dianggap haram pun masih nampak jelas di depan mata.
Amal. salah satu peserta milis menanggapinya bahwa NU sendiri memang besar tapi wajar saja di dalamnya terdapat bagian yang mengurus korupsi dan bagian lain yang mengurus persoalan sehari-hari. Jika mereka mengeluarkan fatwa seperti itu dan memang terasa manfaatnya bagi anggotanya yang berjumlah besar dan kebanyakan masyarakat menengah ke bawah, bukankah hal tersebut bermanfaat?
Sementara itu, Iang memberi komentar agar jangan hanya penonton saja yang diminta untuk melakukan filter terhadap tayangan yang ingin dilihatnya. Penyedia tontonan seharusnya juga mau belajar dewasa sehingga tahu apa yang disajikan itu baik atau buruk.(mkf/dc/js)
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua