Warta

Bom Guncang Turki, 23 Tewas

NU Online  ·  Ahad, 16 November 2003 | 00:33 WIB

Istanbul, NU.Online
Sekurangnya 23 orang tewas Sabtu dalam dua ledakan kuat di kota Istanbul, Turki, salah satunya menghancurkan satu synagogue (gereja kaum Yahudi), seperti dilaporkan televisi CNN saluran Turki, yang mengutip para pemadam kebakaran.

Suatu kelompok radikal Turki yang dikenal sebagai IBDA/C mengklaim bertanggung jawab atas dua ledakan bom maut di Istanbul, Sabtu pagi kemarin.

<>

Media turki memberikan angka berbeda-beda mengenai jumlah korban. Ada yang menyebutkan sedikitnya 23 orang tewas, tetapi ada pula yang menampilkan angka 17 tewas dan 200 luka-luka.

Televisi NTV mengatakan, kelompok radikal tersebut - yang diyakini terlibat dalam serangan-serangan bom sebelumnya - telah menghubungi kantor berita Anatolia, dan mengklaim bertanggung jawab.Di Jerusalem, Deplu Israel mengatakan ledakan tersebut menghancurkan dua sinagog, yakni tempat beribadah umat Yahudi.

Mendagri Turki Abdulkadir Aksu mengatakan, dia tidak menutup kemungkinan keterlibatan Al Qaedah dalam dua ledakan itu, yang menghancurkan dua sinagog di kota Istanbul.

Ketika ditanya oleh CNN tentang keterkaitan Al Qaedah, Aksu menjawab: "Kami tidak dapat mengesampingkan organisasi mana pun." katanya.

Al Qaedah, dalam suatu pesan berupa rekaman yang disiarkan televisi Al-Arabiya belum lama ini, menyatakan akan meningkatkan serangan bom jibaku terhadap AS dan sekutu-kutunya.

Sebelum ledakan di Istanbul itu, dua serangan bom mobil jibaku mengguncang Arab Saudi yang korbannya secara keseluruhan tercatat 51 orang tewas. Saudi, Israel, dan Turki adalah sekutu-kutu AS di kawasan Teluk.

Tentang klaim IBDA/C, media Turki tidak yakin kelompok tersebut sebagai pelaku, sebab IBDA/C dianggap takkan mampu melancarkan aksi pengeboman dalam skala besar seperti itu. Kedua ledakan bom terpisah tersebut menghancurkan dua sinagog. "Ada dua serangan serentak di dua sinagog, yakni sinagog utama Neve Shalom dan sinagog besar lainnya, Sisli," kata Amira Arnon, konsul jenderal Israel untuk Turki.

Kutuk Pembom

Masyarakat internasional,Sabtu kemarin mengeluarkan kecaman pedas terhadap serangan bom di dua sinagog di Turki, dan berjanji akan menindas "terorisme.

Pakistan, juga dengan keras mengutuk dua serangan bom di Istanbul tersebut dan menyampaikan belasungkawa kepada pemerintah serta rakyat Turki. "Kami juga menyampaikan simpatik dari lubuk hati kami kepada keluarga dan korban cedera," kata jurubicara Kementerian Luar Negeri di Islamabad, Masood Khan.

Di Perancis, tempat satu sekolah Yahudi menjadi sasaran aksi kekerasan pada Sabtu, Presiden Jacques Chirac berkata, "Aksi kejam semacam itu hanya dapat menyulut bahaya dan memperkuat tekad negara demokrasi untuk bekerjasama memerangi ungkapan tanpa toleransi ...."

Dalam surat kepada timpalannya di Turki, Ahmet Necdet Sezer, Chirac mengatakan ia sangat terkejut oleh serangan itu --yang dikutuk oleh pemerintahnya sebagai aksi "yang sangat buruk"-- dan menyampaikan ucapan belasungkawa Perancis kepada rakyat Turki.

Menteri Luar Negeri Jerman Jochka Fischer juga mendesak masyarakat internasional untuk menindas aksi anti-Semit.Di Vatikan, Paus Johannes Paulus II menyerukan perdamaian dan mengutuk terorisme dalam ucapan duka-cita kepada rakyat Turki, sementara Presiden Komisi Eropa Romano Prodi menyampaikan
belasungkawa "atas nama seluruh Uni Eropa", demikian laporan kantor berita Italia --Ansa.

Yunani, yang hubungannya dengan Turki seringkali tegang, juga mengutuk "aksi kejam" tersebut. Negeri itu khawatir terjadi serangan di Athena selama Olimpiade tahun 2004.

Peringatan AS

Kemarin, AS memperbarui peringatan kepada warganya agar menghindari perjalanan ke Sudan, sebagai tindakan waspada terhadap ancaman serangan teroris terhadap kepentingan Barat di negara itu.

Peringatan tersebut disampaikan, kurang dari sepekan setelah negara adi kuasa tersebut menutup sementara kedubesnya di Khartoum, ibu kota Sudan, akibat adanya ancaman yang belum jelas.

"Pemerintah AS telah menerima indikasi ancaman teroris yang ditujukan pada kepentingan Amerika dan Barat di Sudan," demikian bunyi peringatan tertulis Deplu AS.

"Aksi-aksi teroris yang bakal dilancarkan kemungkinan termasuk serangan bunuh diri, pengeboman, atau penculikan," bunyi peringatan itu, tanpa