Birokrat Unik NU yang Raih Lima Penghargaan KPK
NU Online · Selasa, 4 Januari 2011 | 06:41 WIB
Mengenal Dr Soen’an Hadi Poernomo, kepala Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggambarkan sosok kehidupan kesederhanaan dan kejujuran yang diajarkan keluarganya yang berlatabelakang NU.
Soen’an yang kini menjadi pengurus LDNU bisa dikatakan sebagai birokrat unik karena pejabat yang sederhana, bahkan terlalu sederhana dibandingkan dengan jabatannya. Ia dikenal luas sebagai orang yang tegar menjaga dedikasi dan integritasnya sebagai birokrat.<>
Gratifikasi (pemberian) bagi banyak birokrat mungkin sesuatu yang lumrah, tapi bagi Soen’an, gratifikasi harus ditolak. Kendaraan dinasnya hanya sebuah APV butut dan penyok disana sini, tetapi tak mengurangi integritasnya dalam bekerja.
“Bagaimana dengan istri dan anak saya kalau saya menerima, mereka makan dari yang tidak halal,” begitu katanya.
Kutipan ini merupakan sebagian dari isi buku “Birokrat Unik” yang merupakan biografinya yang diluncurkan di gedung Kementerian Kelautan, Jakarta, 4 Januari dan dibedah oleh Sarwono Kusumaatmadja, Jimly Assidiqi dan KH Masdar F Mas’udi.
Karena seringnya melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bila menerima gratifikasi. KPK pun memberi apresiasi atas laporan tersebut dan sebanyak lima kali ia mendapat ‘surat penghargaan’ dari KPK.
Latar belakang keluarganya juga penuh warna. Ayahnya yang seniman, Nawan Sastro, merupakan aktifis Lekra sehingga menjadi korban dari “perang saudara” tahun 1965. Sementara ibunya merupakan aktifis Muslimat NU yang telah mengajarinya mengenal dan aktif di lingkungan NU sejak muda.
Sejak kecil, ia telah hidup di lingkungan santri dan menjadi anggota IPNU, mengaji dan mengikuti latihan pencak silat yang diselenggarakan Ansor di Lamongan, tempat ia dilahirkan. Ia menjadi sekretaris IPNU Lamongan saat belajar di SMP dan SMP. Kala itu, PP IPNU dipimpin oleh Asnawi Latief dan Tosari Widjaja. Mesin ketik yang dimiliki keluarganya menjadi sarana penting untuk kepentingan surat menyurat organisasi.
Seusai menjalani pendidikan di Jepang dan kemudian berlanjut ke Amerika Serikat, Gus Dur yang kala itu menjabat sebagai ketua umum PBNU memintanya untuk aktif sebagai dewan pembina di Lakpesdam NU.
Perhatiannya terhadap kalangan pesantren juga tak dilupakan dengan merintis konsep pesantren bahari dan membentuk Forum Silaturrahim Pondok Pesantren Bahasari (FSPP) Bahari, yang anggotanya pesantren yang ada di daerah pesisir, dengan harapan dapat memberikan kontribusi besar pada pembangunan kelautan di daerah, terutama di daerah pesisir di seluruh Indonesia. FSPP saat ini juga tengah menyusun fikih bahari yang berisi fikih tentang kelautan.
KH Said Aqil Siradj yang turut memberi pengantar dalam buku tersebut mengatakan membaca kisah Soen’an adalah membaca jejak-jejak aktifis yang kemudian menjadi pejabat negara.
“Banyak renungan, pemikiran, dan gagasan yang barangkali bakal menjadi pekerjaan besar bagi kita semua dalam mewujudakn Indonesia baru, dalam hal ini kemajuan dalam dunia kelautan dan perikanan,” katanya.
Kiai Masdar yang hadir dalam peluncuran buku tersebut mengatakan bahwa perkenalannya dimulai di Lakpesdam NU ketika sama-sama aktif di sana, untuk mentradisikan sebuah organisasi yang lebih rapi, dan akhirnya Lakpesdam berhasil membangun proses tersebut.
“Ia merupakan replika kejujuran dari kepura-puraan dan kepalsuan yang banyak terjadi di negeri ini,” katanya.
Mengenai bapaknya yang aktif di Lekra, Masdar berkomentar bahwa masuk Lekra bukan berarti komunis, tetapi adanya kesamaan ide dari sisi kiri Islam sosialistik sebagaimana yang dimiliki oleh Kiai Misbach yang juga masuk PKI, tetapi tetap Islam yang teguh.
Peluncuran buku ini sendiri penuh dengan nuansa religius khas NU, termasuk adanya kasidahan yang dinyanyikan oleh ibu-ibu Dharma Wanita KPP dengan lagu yang memberi pesan untuk tidak korupsi. (mkf)
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
3
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
4
Gencatan Senjata Israel-Hamas
5
Khutbah Jumat: Muharram, Bulan Hijrah Menuju Kepedulian Sosial
6
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
Terkini
Lihat Semua