Warta

Barat Takut Tergulung Islam, Bukan Terorisme

NU Online  ·  Selasa, 30 Maret 2004 | 04:18 WIB

Jakarta, NU Online

Ketakutan dunia barat sesungguhnya bukan  pada terorisme semata, akan tetapi dunia barat saat ini sedang dihantui oleh kumunitas Islam di beberapa belahan dunia yang semakin pesat perkembangannya.

<>

"Di Amerika, sejak tragedi 11 September jumlah penduduk yang masuk Islam semakin banyak bahkan sekali masuk langsung satu kelompok. Kegairahan penduduk Amerika terhadap  Islam semakin  tinggi sehingga banyak diantara mereka yang  tergiur dan mendapat hidayah masuk Islam. Barat mulai ketakutan akan tergulung oleh Islam, mereka tidak taku " kata  Prof Dr Nazaruddin Umar kepada NU Online di Jakarta, Selasa.

Dijelaskan,   dalam lima tahun terakhir, jumlah penduduk AS yang beragama Islam hanya sekitar 3 juta, namun pada akhir 2003, jumlah itu sudah menjadi 6,2 juta. Sebuah angka lonjakan yang sangat fantastis. Demikian juga di Australia, pada  sensus terakhir tahun 1996 disebutkan telah terjadi  peningkatan populasi umat Islam di Australia hingga 161 persen dalam 15 tahun terakhir. Padahal peningkatan jumlah penduduk Australia hanya mencapai 21,7 persen dalam periode yang sama.

"Barat  juga pernah dikagetkan oleh semaraknya demonstrasi anti-pendudukan Iraq di London setahun lalu. Ketika itu, umat Islam dari berbagai provinsi datang mencarter pesawat, kereta, bus dan kendaraan pribadi memadati lapangan London. Semua pemimpin negara barat tercengang melihat populasi Islam di negara barat semakin pesat,  dan mereka ketakutan,"lanjutnya. Bahkan, lanjut pengajar pascasarjana UIN itu, beberapa pemimpim muslim di Inggis ada yang menjadi ketua DPRD di beberapa povinsi.

Nasaruddin yang banyak menghabiskan waktu belajarnya di Amerika dan sudah mengunjungi beberapa negara Eropa itu juga menyampaikan bahwa di Perancis, Islam sudah menjadi agama kedua dan  komunitas kedua. Melihat gejala demikian, beberapa penduduk barat sendiri justru tertarik.

"Sejak tragedi 11 September juga, mata barat terbuka. Islam dipelajari betul. Toko-toko banyak menjual buku-buku tentang Islam. Alquran menjadi bacaan utama  dan paling laris dibeli,"jelas  cendikiawan muda ini. Kegiatan keagamaan juga marak. Sejak itu hari raya Idul Fitri masuk kalender umum di Amerika. Hanya saja,  ia menyayangkan sedikitnya juru dakwah dari kalangan Islam moderat di negara barat.

"Yang datang ke sana sebagian besar adalah da'i dari timur tengah, sementara negara Asia seperti Indonesia dan Malaysia tidak melakukan  itu. Padahal wajah Islam dari negeri Indonesia misalnya lebih cocok dengan barat yang trauma dengan negara Timur tengah. Islam dari sana sering diasosiasikan ke Islam keras,"ujarnya. Hal demikian, kadang secara tidak dipahami membuat Islam menakutkan. Padahal Islam adalah agama damai. (MA)