Warta

Banjir Ancam “Proyek Ladia Galaska”

NU Online  ·  Selasa, 9 Maret 2004 | 16:56 WIB

Jakarta, NU Online
Proyek pembangunan  jalur Lautan Hindia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka (Ladia Galaska) yang memotong kawasan hutan di beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) di Aceh diperkirakan membahayakan keseimbangan ekosistem setempat. Sebab, sepanjang jalur itu rawan mengancam nyawa manusia akibat banjir dan tanah longsor.

Proyek mercusuar sepanjang 480 kilometer itu dimaksudkan untuk menghubungkan pantai Barat dan Timur Aceh. Ruas jalan itu dibagi dalam tiga jalur, yakni ruas jalan Jeuram Beutong Ateuh Takengon, ruas Takengon Isei-Isei Blangkejeren dan Blangkejeren-Pinding Lokop Peurelak. Namun disayangkan, sebagian jalan itu menembus kawasan hutan lindung, yang menuai protes masyarakat luas.

<>

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh unit Management Lauser, memperkirakan lebih dari 500 desa akan terkena dampak langsung dan mengalami kebanjiran. "Hal ini belum termasuk kerugian yang akan diderita akibat kekeringan sungai, gagalnya usaha pertanian, hancurnya kawasan industri di kawasan hilir akibat kurangnya pasokan air," ungkap Hasjrul Djunaidi dari Sekretariat Kerjasama Pelestarian Hutan Indonesia (SKEPHI)   kepada wartawan di Graha Nahdliyah PBNU, Jakarta, Selasa (09/03).

Menurutnya, jika tidak ada usaha-usaha untuk menyelamatkan kawasan eko sistem Leuser sebagai sumber air untuk kawasan  hilir disekitarnya, maka rata-rata jumlah korban yang tewas diperkirakan sepuluh jiwa per peristiwa banjir bandang pada setiap desa,

"Bisa dibayangkan dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan korban bisa mencapai lebih dari 5000 jiwa," lanjutnya usai menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk “Mimpi Buruk Lingkungan Hidup Indonesia”  bersama Menag Lingkungan Hidup dan Ketua PBNU Ir. Solahuddin Wahid.

Selain itu dalam siaran pers 51 LSM peduli lingkungan, di tempat yang sama,  memperkirakan bukan hanya banjir dan longsor saja jika proyek itu diteruskan, tetapi berakibat pada penurunan kualitas kehidupan secara dramatis empat juta penduduk disekitar kawasan ekosistem leuser, terutama di daerah pantai barat dan timur provinsi Aceh. (Cih)