Warta

Bangsa Ini Harus Bertobat

NU Online  ·  Kamis, 31 Maret 2005 | 04:12 WIB

Pekalongan, NU Online
Aceh belum reda, rentetan gempa bumi kembali terjadi lagi di pulau Nias Sumatera (Senin, 28/3) dinihari lalu. Kejadian itu, bagi umat yang beragama bukan sekadar musibah biasa, tapi memiliki makna besar terkait perilaku bangsa yang selama ini dilakukan.

Demikian diungkapkan pengurus Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah, KH Drs Muhammad Chabib Thoha MA, menyikapi musibah yang datang tak henti-hentinya diterima bangsa Indonesia, yang mestinya dijadikan pelajaran lantaran erat kaitannya dengan perilaku bangsa ini.

<>

Kepada NU Online, Selasa [29/3] lalu di sela-sela Muktamar X Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah, Chabib Thoha yang terpilih sebagai Sekjen Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah mengatakan, sekecil apapun kejadian yang diterima tidak lepas dari unsur rekayasa Allah Swt. Terlebih bagi umat Islam, justru pola pikir yang dipakai soal itu harus menggunakan sudut pandang agama karena menjadi manusia yang beriman.

"Musibah atau peristiwa yang diterima sekecil apapun, harus diyakini sebagai kehendak dan kekuasaan Allah Swt. Terlebih musibah gemba yang terjadi Senin (28/3) murni atas qudrah dan iradah-Nya yang punya hubungan erat dengan tingkah laku manusia di dunia, karena itu mestinya hikmah dari kejadian ini, bangsa Indonesia harus segara bertobat memohon ampun dan memperbaiki diri," ujar Chabib.

Dirinya yakin, bila musibah yang dirasakan masyarakat di Pulau Nias dan warga lainnya erat kaitannya dengan teguran Allah Swt buat semua bangsa Indonesia. Musibah itu tidak selalu muncul, akibat perlakuan manusia yang berada di sana namun bisa menjadi dampak dari perbuatan orang-orang yang berada di pusat pemerintahan misalnya. "Setelah gempa dan badai tsunami di Aceh beberapa waktu lalu, kini menyusul gempa bumi pasti bukti teguran buat semua orang," ungkapnya.

Ditegaskan Chabib, rentetan musibah yang menelan korban nyawa manusia yang diterima bangsa Indonesia lantaran praktek korupsi, dan kedzaliman penguasa yang terjadi di mana-mana. Misalnya, soal praktek kemaksiatan, perjudian dan tak kalah pentinggnya soal tindakan korupsi yang menyengsarakan masyarakat miskin kini masih tergolong bebas dilakukan. "Musibah diturunkan karena praktek kemaksiatan, perjudian serta korupsi masih merajalela di setiap jengkal tanah. Pemerintah harus menutup agar tidak mengundang musibah berikutnya," tandasnya.

Karena itu, lanjut Chabib yang sebelumnya sebagai ketua panitia Muktamar X Jam'iyyah Ahli Thariqah, peristiwa itu harus dijadikan sarana penyadaran bagi semua orang. Terutama buat pemerintah yang memimpin bangsa ini. Karena upaya melenyapkan praktek kemaksiatan dan kemunkaran hanya efektif bila pemerintah serius mendorong elemen lain memberantas praktek nista di masyarakat.

"Pemerintah perlu menunjukkan keseriusannya melalui mendorong kelompok masyarakat lainnya untuk menghapus praktek kemasiatan di masyarakat. Kita khawatir bila gempa bumi di Nias akan disusul dengan kejadian yang lebih besar lagi jika tidak lekas melakukan taubat yang sesungguhnya," tandasnya menutup pembicaraan. (cih)