Menyeruaknya tuntutan seputar penghapusan lembaga sensor film di Indonesia, membuat Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur kebakaran jenggot. Betapa bahaya tuntutan semacam itu bila dikabulkan.
Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Miftahul Akhyar mengingatkan, adanya tuntutan untuk menghapuskan lembaga sensor itu merupakan salah satu bentuk perang opini.<>
Ia mengharapkan agar umat Islam memperhatikan masalah itu. āSebab kalau mereka menang, bisa lepas semua aturan-aturan yang ada. Mau jadi apa negara ini,ā katanya saat ditemui NU Online di Kanwil NU Jatim pada Rabu (23/1) lalu.
āSekarang ini masih ada badan sensor saja kita bebas menikmati tayangan berbau kekerasan, pornografi, dan lainya. Apa jadinya kalau lembaga itu tidak ada,ā lanjutnya.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Kedungtarukan Surabaya itu, bencana yang telah sekian banyak mengoyak negeri ini adalah akibat dari semakin jauhnya masyarakat dari kebenaran.
"Masyarakat sudah terlanjur jauh dari agama dan kejujuran. Kini, malah muncul tuntutan semacam itu, yang malah akan membuka pintu bencana lebih besar lagi," katanya.
Kiai Miftah meyakini, sebagian kalangan yang menginginkan dihapuskannya lembaga sensor itu akibat otak mereka telah dicuci oleh para ājuraganā. Menurutnya, setiap gerakan yang merusak keyakinan masyarakat, baik berupa narkoba, aliran sesat maupun penghapusan lembaga sensor, dipastikan ada juragan besar di belakangnya.
Merekalah yang mengatur dan membiayai gerakan itu. āTujuannya agar Indonesia semakin mumet. Kalau sudah begitu akan mudah dikalahkan,ā tandasnya.
Ada indikasi kesengajaan untuk memancing perkara peka semacam itu. Sebab penduduk muslim di Indonesia adalah terbesar di seluruh dunia, demikian juga ormas Islamnya, yang terbesar di seluruh dunia. Jika rusak Indonesia, maka rusak pula sebagian besar umat Islam di dunia.
Oleh karena itu, secara tegas Kiai Miftah mengambil sikap mengharapkan agar lembaga itu tetap dipertahankan. Keberadaannya sebagai filter budaya dan akhlak bangsa masih sangat dibutuhkan di negeri ini.
Bahkan tidak hanya itu, ia mengharap agar posisinya diperkuat dan kontrol semakin diperketat. āKita harus menutup setiap pintu kemungkinan mereka memanfaatkan celah,ā kata Kiai Miftah. (sbh)
Terpopuler
1
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
2
Gus Yahya: NU Bergerak untuk Kemaslahatan Umat
3
Munas Majelis Alumni IPNU Berakhir, Prof Asrorun Niam Terpilih Jadi Ketua Umum
4
Ketum PBNU Resmikan 13 SPPG Makan Bergizi Gratis di Lingkungan NUĀ
5
Di Tengah Fenomena Bendera One Piece Badan Siber Ansor Ajak Generasi Muda Hormati Merah Putih
6
Cek Kesehatan Gratis Sekolah Mulai 4 Agustus 2025, Sasar 53 Juta Siswa di Seluruh Indonesia
Terkini
Lihat Semua