Tahun 2004, Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Gapura mendirikan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Praktek lintah darat yang menghisab warga miskin di pedesaan Kecamatan Gapura, Sumenep, menjadi latar belakang pendirian BMT yang bernama NU tersebut. Kini, BMT yang enam tahun lalu diragukan banyak pihak, bisa menggerakkan ekonomi umat, asetnya lebih dari 2 milyar.
“Kami prihatin dengan warga miskin, tapi terus dihisap oleh lintah darat. Tapi Alhamdulillah, para pengurus MWC sepakat kita membantu warga miskin dari jeratan lintah darat. Akhirnya buat BMT NU,” ungkat Mashudi (35) pada koresponden NU Online di Sumenep, A. Dardiri Zubairi, Minggu (24/10).<>
“Dulu semua orang pesimis BMT bisa maju seperti sekarang,” tambah Mashudi, salah satu pendiri, yang sekarang menjadi direktur BMT. BMT didirikan saat MWC NU diketuai A Ruhan Wahyudi dan H Ma’ruf sebagai Rais Syuriyah. Kini, Ketua Tanfidziyah M Syahid dengan Rais Syuriah tetap H Ma’ruf.
Sebelum mendirikan BMT, kata Mashudi, pengurus MWC NU Gapura melakukan penelitian sederhana. Fokus penelitian hanya pada satu pertanyaan, berapa warga yang tergantung pada lintah darat atau rentenir.
“Ternyata, korban praktek rentenir adalah warga NU lapisan paling bawah. Jumlahnya mencengangkan, di satu bank harian saja, korbannya mencapai 3.311 orang. Mereka harus mengembalikan pinjaman dengan bunga sampai 50%,” ungkapnya lagi.
Yudi, demikian Mashudi biasa dipanggil, menceritakan modal awal BMT NU pada tahun 2004 hanya empat ratus ribu, dengan dua orang karyawan.
“Semangat dua orang karyawan itu luar biasa ampuhnya. Mereka mendatangi seluruh pengurus NU dari pintu ke pintu, siang dan malam. Dalam pelbagai kesempatan, mereka melobi pesantren-pesanten dan madrasah-madrasah yang ada di Kecamatan Gapura, agar menyimpan uangnya di BMT,” cerita Yudi.
“Satu tahun berikutnya, ada tanda-tanda kemajuan. BMT NU Gapura memiliki 51 orang anggota, dengan nasabah 227 orang, dan aset 17,5 juta,” tambahnya.
Setelah enam tahun berdiri, masyarakat tampaknya tidak meragukan profesionalisme BMT NU Gapura. Jumlah nasabah terus bertambah secara meyakinkan. Saat ini, BMT NU Gapura memiliki aset 2 milyar 180 juta. Anggotanya berjumlah 910, dengan 1.209 penabung, serta 5.819 peminjam. Karyawannya bertambah menjadi 14 orang.
Dalam meluncurkan produknya, BMT NU Gapura sangat cerdik. Istilah yang digunakan menarik dan mudah diingat. Ada SIAGA (simpanan Anggota), TABAH (tabungan mudharabah), TIARA (tabungan investasi ramelan), SIDIK FATONAH (simapanan pendidikan fathonah), TARAWI (Tabungan ukhrawi).
Untuk penyaluran dana atau pembiayaan produk yang dikenalkan adalah Bai’ Bits Tsamani al-Ajil (BBA), murabahah, mudlarabah, musyarakah, al-Qardul Hasan, dan Rahn (Gadai). Sementara untuk produk jasa, BMT NU Gapura menawarkan, transfer uang ke seluruh bank (dalam dan luar negeri), pembayaran rekening PLN, telepon, dan internet, pembayaran biaya pendidikan perguruan tinggi, dan sewa mobil.
BMT NU yang menempati lantai dasar gedung MWC NU Gapura, jalan Raya Gapura, Desa Gapura, Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep. BMT NU telah menjadi kebanggaan warga NU setempat. Mereka menjadi percontohan BMT-BMT lain, banyak yang datang untuk studi banding, bahkan datang dari luar daerah. (drd/hmz)
Terpopuler
1
Inilah Niat Puasa Asyura Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
2
10 Muharram Waktu Terjadinya 7 Peristiwa Penting Para Nabi
3
Khutbah Jumat: Memaknai Muharram dan Fluktuasi Kehidupan
4
Khutbah Jumat: Meraih Ampunan Melalui Amal Kebaikan di Bulan Muharram
5
Doa-Doa Pilihan di Hari Asyura, Dapat Hindarkan dari Matinya Hati
6
Khutbah Jumat: Keistimewaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Terkini
Lihat Semua