Riyadh, NU.Online
Pemerintah Arab Saudi menurunkan sedikitnya 5.000 anggota pasukan ke Mekkah guna mengamankan jemaah selama bulan Ramadhan, kata seorang sumber keamanan di kerajaan itu (10/11).
Pengamanan Mekkah dilaksanakan saat Ramadhan karena sebagaimana kebiasaan Kota Suci itu dibanjiri jutaan jemaah seluruh dunia yang melakukan perjalanan haji kecil (Umrah) dalam bulan suci sekarang.
<>Langkah-langkah pengamanan Mekkah juga dilaksanakan setelah akhir pekan lalu petugas keamanan Saudi berhasil mengidentifikasi dua penyusup garis keras.Keduanya, yang ditengarai sebagai anggota-anggota al-Qaidah, tewas oleh ledakan bom yang mereka bawa sendiri.
Selain itu, langkah-langkah pengamanan Mekkah bertalian dengan tindakan keamanan besar-besaran yang dilakukan menyusul serangan teroris ke sebuah kompleks perumahan pekerja asing di Riyadh hari Sabtu lalu yang menewaskan 17 orang dan melukai 122 lainnya.
Pemerintah Saudi menyatakan sumpah akan mengejar pelaku-pelaku serangan itu, yang merupakan serangan bermodus serupa di Riyadh setelah aksi serupa awal tahun ini. "Kami akan menangkap pelaku-pelakunya...yang mengaku diri Muslim," kata Menteri Dalam Negeri Pangeran Nayef bin Abdul Aziz.
Berbicara kepada pers usai meninjau kompleks al-Muhaya yang diserang, Nayef mengatakan aksi itu tidak akan menyebabkan Pemerintah Saudi menjadi tidak stabil. Seorang pejabat keamanan Saudi, yang tidak ingin identitasnya diungkapkan, mengatakan pihaknya menurunkan paling kurang 5.000 polisi dan anggota pasukan ke kawasan Mekkah.
Tahun ini diperkirakan sekitar dua juta jemaah Umrah akan datang dari luar negeri ke Mekkah, selain sekitar 500.000 dari dalam Arab Saudi sendiri. Mereka ingin menghabiskan masa 10 hari terakhir Ramadhan sambil beribadah lebih intensif.
Selain Mekkah, kota Madina juga diperketat pengamanannya, kota suci kedua setelah Mekkah. Namun tidak ada informasi mengenai jumlah pasukan yang ditambahkan ke kota itu.
Dalam perkembangan lain, sekelompok ulama senior telah menawarkan diri kepada Pemerintah Saudi untuk menjadi penengah dengan kaum garis keras guna mencegah mereka melanjutkan serangan-serangan bom.
Sheikh Abdullah Nasser al-Sobeihi, salah seorang di antaranya, mengatakan ia dan sekelompok ulama senior lain sedang mengusahakan pembentukan mekanisme guna menyatukan dialog di antara pemerintah dengan pemuda-pemuda garis keras tersebut.
"Ini jalan tengah untuk membangun jembatan antara kedua belah pihak -- pemerintah dan kaum muda yang sedang diburu," katanya, dengan menekankan bahwa ia dan kelompoknya masih harus maju menawarkan diri kepada pemerintah untuk tugas tersebut.
Menjawab pertanyaan apakah pihak berwenang Saudi akan setuju berdialog dengan orang-orang yang telah dicap sebagai "teroris dan buronan" tersebut, Sobeihi mengatakan dialog dengan pemuda-pemuda garis keras itu tidak akan menyebabkan pemerintah kehilangan muka. "Tujuan dialog itu ialah untuk menyediakan obat bagi krisis ini dan mencegah serangan-serangan baru," kata Sobeihi, yang profesor psikologi.(Ant/Afp/cih)***
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
3
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
4
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
5
Pemerintah Umumkan 18 Agustus 2025 sebagai Hari Libur Nasional
6
Innalillahi, Menag 2009-2014 Suryadharma Ali Meninggal Dunia
Terkini
Lihat Semua