Ahmadiyah Jahiliyah fil Aqidah, FPI Jahiliyah fil Akhlak
NU Online · Jumat, 11 Juli 2008 | 05:16 WIB
Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj menyatakan tindakan Ahmadiyah atau FPI yang dua-duanya mengatasnamakan Islam tak patut ditiru dikarenakan adanya kesalahan mendasar yang dilakukan kedua organisasi ini.
“Ahmadiyah jihiliyah fil aqidah, FPI jahiliyah fil akhlak (Ahmadiyah salah secara akidah, FPI salah secara akhlak.red),” katanya dalam seminar mengenai multikulturalisme yang diselenggarakan oleh Muslimat NU, Kamis (10/7) di Jakarta.<>
Mengenai penanganan terhadap Ahmadiyah, Kang Said mengaku hal ini cukup sulit karena jaringannya internasional yang saat ini sudah menyebar sampai ke 126 negara. Ahmadiyah tumbuh tahun 1884/1885 oleh Mirza Ghulam Ahmad dan disokong penuh oleh pemerintah kolonial Inggris di India.
Meskipun sudah jelas-jelas salah secara akidah karena mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad, tetapi dakwah yang dilakukan kepada mereka harus tetap bil hikmah. “Rasulullah dengan sifat santunnya, maka berbondong-bondong orang masuk Islam, yang tadinya musuh jadi teman,” tandasnya.
Doktor dari Universitas Ummul Qura Makkah ini menuturkan pernah suatu saat Nabi Muhammad ingin bersikap lebih keras dalam menjalankan dakwah, namun ia langsung ditegur dengan turunnya sebuah ayat Qur’an, ‘Apakah kamu akan memaksa orang untuk jadi Islam.
Pernah pula suatu saat Nabi Muhammad merasa putus asa, ia juga disalahkan dengan turunnnya sebuah ayat yang terjemahan bebasnya ‘Apakah kamu akan menghancurkan dirimu sendiri karena kecewa orang tak percaya Qur’an’.
Dalam sejarah umat Islam kekerasan yang dilakukan oleh beberapa kelompok ternyata malah menghancurkan kelompok itu sendiri seperti yang dilakukan oleh kaum Muktazilah, yang meskipun rasional, tetapi ketika berkuasa juga memaksakan keyakinannya pada orang lain, sampai-sampai Imam Hambali dicambuk sebanyak 100 kali sehingga menyebabkannya meninggal. Namun, 70 tahun kemudian, aliran ini bubar.
Sejarah dakwah para wali di nusantara juga dilakukan dengan cara-cara kelembutan sampai kerajaan Majapahi hilang oleh doanya para santri. “Jihad, dalam sebuah kitab kuning diartikan memberi perlindungan kepada orang yang baik-baik, muslim atau bukanmuslim, memberi makan, pakaian dan tempat tinggal dan kesehatan, membangunmasyarakat,” ujarnya. (mkf)
Terpopuler
1
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
2
Obat bagi Jiwa yang Kesepian
3
Harlah Ke-81 Gus Mus, Ketua PBNU: Sosok Guru Bangsa yang Meneladankan
4
RMINU Jakarta Komitmen Bentuk Kader Antitawuran dengan Penguatan Karakter
5
Innalillahi, A'wan Syuriyah PWNU Jabar KH Awan Sanusi Wafat
6
Pesantren Jawaban Kebutuhan Pendidikan Karakter dalam Dinamika Kota Global
Terkini
Lihat Semua