Agama Berperan Penting Menciptakan Kedamaian
NU Online · Senin, 25 Oktober 2010 | 04:13 WIB
Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB Helmy Faishal Zaini mengungkapkan, saat ini ada kesan bahwa agama banyak menimbulkan konflik di negeri ini. Namun, justifikasi agama sebagai penyebab kekerasan tidaklah sepenuhnya benar, apalagi agama pada dasarnya adalah sumber dari kedamaian.
“Pada dasarnya, tidak ada satu agama pun yang menganjurkan permusuhan, apalagi kekerasan. Semua agama membawa misi rahmatal lil alamin, yakni rahmat bagi sekalian alam,” katanya saat dalam dialog nasional “Agama Anti Kekerasan”, di Kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Ahad (24/10).
Dialog ini juga diha<>diri Sekjen PBNU Imdadun Rahmat, rohaniawan Katholik Prof Franz Magnis Suseno, anggota Dewan Syuro PKB KH Mudjib Khudhori, Jeirry Sumampow dari PGI dan Bhiksu Gunabhadra.
Menurut Helmy, perlakuan oknum agama yang melegalkan kekerasan atas nama agama, sangat mungkin dipengaruhi tata agama yang dibentuk sejak kecil. Karena itu, lanjut Helmy, seyogyanya pemahaman agama yang moderat dan tidak mengajarkan membenci umat agama lain sudah ditanamkan sejak dini.
“Doktrinasi agama yang kurang moderat dan ditanamkan sejak kecil inilah akan menjadikan kualitas keberagamaan masyarakat rendah, terutama kaitannya dengan aspek social,” katanya.
Konsep pluralitas agama juga menjadi bagian penting dalam menjaga kerukunan antarumat seagama, maupun antarumat berbeda agama. Sebab, pluralitas mengajarkan pentingnya menghargai suatu keyakinan, yang jika digunakan dalam bernegara akan sangat baik. “Terutama dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila, yang di dalamnya terdapat Bhineka Tunggal Ika, berbeda namun tetap satu jua,” tuturnya.
Selain agama yang berperan penting dalam membangun masyarakat yang damai dan jauh dari tindakan kekerasan, menurut Helmy, negara juga turut bertanggung jawab dalam membangun keselarasan dalam bermasyarakat. Sebab, negara dan agama saling berkaitan dalam membentuk bangsa yang ramah, bukan bangsa yang berwajah marah.
Menurutnya, dalam menjaga kedamaian bangsa, negara dan agama harus berperan aktif dalam wilayah masing-masing. Dalam aspek kekerasan, negara idealnya hanya mengatur dan membuat regulasi hukum yang jelas untuk mewujudkan kedamaian masyarakat. Negara hanya mengatur regulasi yang bersifat umum dan berwilayah publik, tidak terlalu jauh mengatur wilayah privat dalam kehidupan sosial.
“Sementara agama idealnya mengatur di wilayah privat interpersonal dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebab, agamalah yang mengatur etika dalam perilaku masyarakat,” katanya.
Karena agama merupakan suatu keyakinan, maka agama menjadi signifikan dan sangat penting dalam menciptakan anti kekerasan. “Kalau agama yang diyakini bersumber dari perdamaian, maka secara otomatis masyarakat yakin bahwa kekerasan adalah hal naif dan bertentangan dari agama yang diyakini,” katanya.
Karena itu, agama dan negara mempunyai peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang anti kekerasan. Keduanya mempunyai visi yang sama, agama dengan menciptakan agamawan yang anti kekerasan, sedangkan negara mempunyai cita-cita luhur sebagaimana tertuang dalam Pancasila yang intinya menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan. “Dan mencipatakan masyarakat yang adil dan berkeadilan itu tidak akan tercapai apabila kekerasan masih terjadi di mana-mana,” pungkasnya. (nam)
Terpopuler
1
Hilal Teramati, LF PBNU Umumkan Awal Dzulqa'dah 1446 H Jatuh Esok
2
Data Hilal Rukyatul Hilal Awal Dzulqa'dah 1446 H
3
Di Depan Kabah, Menag Beri 4 Pesan untuk Petugas Haji dalam Melayani Jamaah
4
Hadiri Haul Ke-15 Gus Dur di Bogor, Yenny Wahid: Jaga Indonesia dengan Prinsip Kemanusiaan dan Keadilan
5
Lembaga Falakiyah PBNU Instruksikan Rukyatul Hilal Awal Bulan Dzulqa'dah 1446 H Sore Ini
6
Antar Liverpool Juara Premier League Ke-20, Mo Salah Catat Rekor Terbaru
Terkini
Lihat Semua