Syariah

6 Kado Terindah untuk Orang-orang Bertakwa

Jum, 22 Mei 2020 | 11:30 WIB

6 Kado Terindah untuk Orang-orang Bertakwa

Ada banyak kebaikan dan keberuntungan atas orang-orang yang bertakwa, sebagaimana Allah kabarkan dalam Al-Qur’an.

Takwa merupakan wasiat Allah kepada golongan awalin wal akhirin, masyarakat terdahulu dan sekarang atau yang akan datang. Karena ketakwaan akan mengantarkan hamba memperoleh segala macam kebaikan di sisi-Nya. Salah satu bentuk wasiat takwa terdapat dalam ayat perintah puasa Ramadhan. Ada tujuan akhir yang semestinya diraih oleh para shaim (orang yang berpuasa), yakni ketakwaan.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)

 

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS al-Baqarah [2]: 183).

 

Sebagian ulama mendefinisikan takwa dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya baik secara lahir maupun batin, dengan dibarengi penghormatan dan rasa takut kepada Allah subhanahu wata’ala. Syekh Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain menjelaskan makna takwa ketika menafsikan ayat 102 surat Ali Imran: ittaqullaha haqqa tuqâtihi (bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa). Menurutnya, Allah yang harus ditatati bukan diingkari, disyukuri bukan dikufuri, dan yang selalu disebut dan diingat bukan dilupakan. Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullu, “Siapakah orang yang mampu menjalankan sebenar-benarnya takwa?” Rasulullah menjawab bahwa ayat ini telah diganti hukumnya (mansukh) dengan ayat:

 

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

 

Bertakwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuanmu” (QS at-Taghabun: 16).

 

Jawaban Rasulullah atas pertanyaan sahabat ini menjunjukkan bahwa untuk meraih gelar muttaqin (orang yang bertakwa) bukanlah pekerjaan mudah. Sehingga Syekh Abdullah Ba’lawi al-Hadad dalam Nashaih ad-Diniyah menyebutkan seorang hamba tidak akan mampu menjalankan sebenar-benar ketakwaan, walaupun sejuta jiwa dan umur berada pada dirinya dan seluruh harta ia infakkan (Syekh Abdullah Ba’lawi al-Hadad, Nashaih ad-Diniyah, hal. 3).

 

Seorang hamba hanya dapat berikhtiar sesuai kemampuan, berdoa, dan bertawakal. Meyakini bahwa Allah yang maha Pengasih dan Penyayang akan menghargai seberapa pun usaha hamba-Nya di dunia. Allah tidak akan membiarkan hamba dalam kemarahan-Nya. Bahkan Allah telah mempersiapkan kado terindah bagi siapa saja yang bertakwa. Penjelasannya dapat dilihat dalam kitab Nashaih ad-Diniyah karya Syekh Abdullah Ba’lawi al-Hadad sebagai berikut:

 

وَكَمْ عَلَّقَ اللهُ الْعَظِيْمُ فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ عَلَى التَّقْوَى مِنْ خَيْرَاتٍ عَظِيْمَةٍ وَسَعَادَاتٍ جَسِيْمَةٍ:

 

Ada banyak kebaikan dan keberuntungan atas orang-orang yang bertakwa, sebagaimana Allah kabarkan dalam Al-Qur’an, di antaranya:

 

Pertama, المعية الالهية al-ma‘iyah al-ilahiyah (kebersamaan Allah)

 

Orang-orang yang bertakwa akan selalu berada dalam perlindungan Allah subhanahu wata’ala. Hal ini dapat dilihat pada ayat 194 surat al-Baqarah,

 

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (١٩٤)

 

“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 194).

 

Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang bertakwa dipahami oleh Syekh Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain بالعون والنصر yaitu pertolongan lahir dan pertolongan batin. Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang selalu bertakwa.

 

Kedua, اللدني العلم, al-‘ilm al-ladunni (ilmu dari sisi Allah).

 

Keutamaan lain dari orang yang bertakwa adalah akan diberikan anugerah berupa ilmu dari sisi Allah. Ilmu yang maksudkan adalah pengetahuan terkait dengan kebaikan-kebaikan segala urusan hidupnya, demikian Syekh Jalaluddin menambahkan dalam menafsirkan ayat 282 surat al-Baqarah:

 

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٢٨٢)

 

“Dan bertakwalah kepada Allah; Allah akan mengajarimu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS Al-Baqarah[2]: 282).

 

Ilmu adalah modal utama seorang hamba dalam menempuh jalan yang lurus. Ilmu juga menjadi salah satu syarat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab diterimanya ibadah adalah ibadah yang dijalankan sesuai dengan ilmunya. Keberhasilan di dunia juga bergantung seberapa jauh menguasai bidang ilmunya. Bahkan segala urusan jika diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka hancurlah atau tidak akan menuai hasil sebagaimana diharapkan.

 

Ketiga, الفرقان al-furqan (pembeda).

 

Syekh Abdullah Ba’lawi merinci arti pembeda sebagai bentuk keutamaan orang-orang bertakwa sebagai berikut; (1) Allah memberikan kemampuan kepada orang yang bertakwa untuk mengambil jalan terbaik ketika ia mengalami keraguan dan kesamaran serta kesulitan dalam urusan tertentu; (2) Allah melebur amal-amal jelek yang pernah dilakukannya; dan (3) Allah memberikan keutamaan bagi orang yang bertakwa berupa ampunan atas dosa-dosanya. Penjelasan ini didasarkan firman Allah subhanahu wata’ala

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٢٩)

 

“Wahai orang-orang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan memberikan Furqaan (membedakan yang hak dan batil) bagimu dan menghapus segala kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal[8]: 29).

 

Keempat, النجاة من النار an-najatu minannari (keselamatan dari api neraka).

 

Sebagaimana dikatakan bahwa penghujung bulan Ramadhan adalah pembebasan dari api neraka. Siapa yang dibebaskan dari neraka? Tentu orang-orang yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an, salah satu syarat utama mendapatkan keselamatan dari siksa neraka adalah dengan bertakwa.

 

ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا (٧٢)

 

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam[19]: 72).

 

Kelima, المخرج والرزق al-makhraju wa ar-rizqu (jalan keluar dari segala kesulitan dan rezeki).

 

Jaminan bagi orang-rang yang bertakwa adalah keluarnya dari segala kesulitan dan kelapangan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Sesuai firman Allah

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ... (٣)

 

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (QS. Ath-Thalaq[65]: 2-3).

 

Selain itu Allah juga akan memberikan kemudahan dan pahala yang besar bagi orang-orang yang bertakwa.

 

Keenam, الوعد بالجنة, al-wa’du bi al-jannah (dijanjikan surga).

 

Surga merupakan balasan yang pantas bagi orang-orang bertakwa. Di dalamnya penuh dengan segala bentuk kenikmatan. Keberadaannya didambakan oleh setiap insan beriman. Meraihnya tidak cukup hanya berpangku tangan. Oleh karenanya Allah menyediakan bagi orang-orang yang telah bersusah payah di dunia dalam rangka menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

 

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ (٣٤)

 

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.” (QS. Al-Qalam[68]: 34).

 

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا (٦٣)

 

“Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.” (QS. Maryam[19]: 63).

 

 

Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta