Taushiyah

NU Berharap Satu Idul Fitri

NU Online  ·  Kamis, 25 September 2008 | 05:05 WIB

NU berharap Satu Hari Raya Idul Fitri. Harapan itu cukup beralasan, mengingat adanya keseragaman dalam mengawali Puasa Ramadlan 1429 H. Keseragaman awal Ramadlan menjadi motifasi menuju Satu Idul Fitri.

Keseragaman ini lahir karena ada kebijakan bersama yang memperhatikan aspek-aspek tertentu sehingga mampu mengelola dan merangkum perbedaan, yakni aspek syar’i, astronomis, geografis, dan aspek politis.<>

Kebiajakan bersama yang akan diambil untuk menentukan Idul Fitri 1429 H hendaklah mempertimbangkan aspek-aspek tersebut sehingga terwujud Satu Hari Raya.

Aspek Syar’i menekankan, bahwa kebijakan bersama itu berlandaskan ajaran Rasulullah SAW. tentang rukyah (observasi hilal).

Aspek Astronomis menekankan, bahwa kebijakan bersama itu berlandaskan tinjauan astronomis mengenai kriteria visibilitas hilal.

Aspek Geografis maksudnya, bahwa kebijakan bersama itu dengan memperhitungkan letak geografis Indonesia yang amat luas merupakan satu kesatuan wilayah hukum.

Aspek Politis menekankan perlunya interfensi pemerintah agar kebijakan bersama itu dapat diberlakukan bagi seluruh umat Islam.

NU telah siap berkontribusi untuk mewujudkan Satu Hari Raya Idul Fitri 1429 H dengan berbagai persiapan, antara lain:

1. Membuat hitungan hisab awal bulan jauh sebelum pelaksanaan rukyah sebagaimana tertuang dalam almanak NU setiap tahun. Hisab NU menggunakan metode yang tinggi akurasinya dengan menerima kriteria imkanur rukyah (visibilitas hilal). Hisab demikian ini digunakan untuk memandu, mengontrol, dan mendukung pelaksanaan rukyah, sehingga tercapai rukyah yang berkualitas.

2. Menyelenggarakan rukyah untuk 1 Syawal1429 H pada tanggal 29 Ramadlan 1429 H/29 September 2008 M di 55 titik yang strategis dari Sabang sampai Merauke dengan menerjunkan 99 Pelaksana Rukyah Nasional bersertifikat di samping para alim ulama ahli rukyah dan ahli hisab di tiap-tiap tempat tersebut. Rukyah ini sekaligus menjadi sarana koreksi atas hitungan hisab.

3. Terlibat dalam sidang-sidang BHR untuk mempersiapkan sidang itsbat. NU akan melaporkan hasil rukyah dan sekaligus memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam sidang itsbat sebagai wujud kontribusi NU dalam proses pengitsbatan.

4. Mencipatakan ketenangan bagi umat dengan tidak segera mengumumkan sikapnya tentang kepastian Idul Fitri 1429 H. Sesudah itsbat pemerintah, kemudian NU mengikhbarkan.

Berangkat dari keseragaman dalam mengawali Puasa Ramadlan 1429 H. akan hadir Satu Hari Raya Idul Fitri 1429 H.


Jakarta, 24 Ramadlan 1429 H
            24 September 2008 M


Drs KH A Ghazalie Masroeri
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU