Tasawuf/Akhlak

Nabi Muhammad Mendoakan Orang Yahudi

Sen, 26 April 2021 | 10:30 WIB

Nabi Muhammad Mendoakan Orang Yahudi

Imam Nawawi menceritakan, suatu hari Nabi Muhammad SAW mendoakan seorang Yahudi yang memberikannya air minum. 

Nabi Muhammad SAW tinggal di Madinah dengan berbagai komunitas Ahli Kitab seperti Yahudi dan Nasrani. Nabi Muhammad SAW berinteraksi secara baik dengan masyarakat Ahli Kitab di Madinah. Nabi Muhammad SAW bermuamalah dengan Ahli Kitab sebagaimana biasa.


Nabi Muhammad SAW bahkan di akhir hayatnya masih tercatat hutang gadai dengan salah seorang warga Yahudi di Madinah. Praktis hubungan Nabi Muhammad SAW secara individu dengan Ahli Kitab di Madinah baik-baik saja.


Pada prinsipnya Nabi Muhammad SAW tidak memiliki masalah secara pribadi dengan Yahudi dan Nasrani di Kota Madinah. Imam Nawawi menceritakan, suatu hari Nabi Muhammad SAW mendoakan seorang Yahudi yang memberikannya air minum. 


روينا في كتاب ابن السني عن أنس رضي الله عنه قال : استسقى النبي (صلى الله عليه وسلم) فسقاه يهودي ، فقال له النبي (صلى الله عليه وسلم) : " جملك الله " فما رأى الشيب حتى مات


Artinya, “Diriwayatkan kepada kami di Kitab Ibnu Sunni, dari sahabat Anas bin Malik RA, suatu hari Rasulullah membutuhkan air minum. Kemudian seorang Yahudi datang membawakannya air minum. Rasulullah SAW (menerima dan) mendoakannya, ‘Semoga Allah membaguskanmu.’ Setelah itu tidak pernah terlihat uban pada rambut Yahudi tersebut sampai ia wafat.” (Imam An-Nawawi, Al-Adzkar).


Kebaikan budi seperti ini membuat orang yang menerima kebaikan untuk bersimpati dan juga berempati kepada mereka yang berbuat baik. Tidak heran kalau Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa orang yang menerima kebaikan adalah orang yang berhutang budi kepada mereka yang berbuat baik kepadanya.


Menurut Al-Ghazali, secara naluri orang bersimpati pada budi baik dan tidak bersimpati pada keburukan (dan tentu saja orang durjana yang berbuat baik). Oleh karenanya, Rasulullah berdoa agar dijauhi dari hutang budi kepada mereka yang durjana.


الإحسان فان الإنسان عبد الإحسان وقد جبلت القلوب على حب من أحسن إليها وبغض من أساء إليها وقال رسول الله صلى الله عليه و سلم اللهم لا تجعل لفاجر على يدا فيحبه قلبي 


Artinya, “(Salah satu sebab tumbuhnya cinta) ihsan atau budi baik karena manusia adalah hamba kebaikan. Hati manusia secara watak tercipta untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan membenci orang yang berbuat jahat kepadanya. Rasulullah SAW berdoa, ‘Ya Allah, jangan Kauberikan kesempatan orang berdosa mengulurkan tangan kebaikannya padaku sehingga hatiku bersimpati kepadanya,’” (Lihat Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz IV, halaman 309).


Dari berbagai keterangan ini kita dapat menarik simpulan bagaimana interaksi yang baik antara Nabi Muhammad SAW dan Ahli Kitab Madinah. Interaksi seperti ini menjadi contoh yang baik di tengah pergaulan masyarakat yang kompleks dan heterogen. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)