Tasawuf/Akhlak

Imam Al-Junaid Al-Baghdadi dan Sesat Pikir Orang Malas di Balik Pakaian Sufi

Sen, 14 Desember 2020 | 22:30 WIB

Imam Al-Junaid Al-Baghdadi dan Sesat Pikir Orang Malas di Balik Pakaian Sufi

Sufi dan ahli makrifat itu bukan orang yang merasa dekat dengan Allah lalu menjadi pemalas ulung. (Ilustrasi: revivergalleria.com)

Imam Al-Junaid Al-Baghdadi mengkritik sekelompok orang malas beribadah, malas kerja, dan malas menuntut ilmu yang berlindung di balik pakaian sufi. Imam Al-Junaid Al-Baghdadi menolak pandangan sekelompok sufi yang menolak serta mengabaikan ikhtiar dan amal usaha sebagai bentuk kesalehan dan ketakwaan.


Imam Al-Junaid Al-Baghdadi menegaskan, kewajiban berpegang pada syariat, ikhtiar, upaya manusiawi, ibadah, dan amal lahiriyah tidak gugur bagi mereka yang telah mencapai derajat makrifat sekalipun.


Imam Al-Junaid Al-Baghdadi memandang kekeliruan sikap dan sesat pikir seperti ini lebih berbahaya daripada sekadar orang melanggar syariat karena penolakan dan pelanggaran syariat adalah dua hal berbeda.


Imam Al-Junaid Al-Baghdadi menunjukkan kekeliruan dan sesat pikir kelompok sufi malas yang merasa dekat kepada Allah lalu mengabaikan amal ibadah dan ketentuan syariat lainnya. Dialog singkat Imam Al-Junaid Al-Baghdadi berikut ini menunjukkan sesat pikir orang-orang malas yang berlindung di balik makrifatullah, pakaian sufi, kezuhudan, ketawakalan, baju spiritualitas, dan alasan "bergengsi" lainnya.


وسمعته يقول: سمعت أبا بكر الرازي يقول: سمعت أبا عمر الأنطاكي يقول: قال رجل للجنيد: مِن أهل المعرفة أقوام يقولون إن ترك الحركات من باب البر والتقوى!! فقال الجنيد: إن هذا قول قوم تكلموا بإسقاط الأعمال، وهو عندي عظيم، والذي يسرق ويزني أحسن حالاً من الذي يقول هذا؛ فإن العارفين بالله أخذوا الأعمال عن الله تعالى، وإلى الله رجعوا فيها، ولو بقيت ألف عام لم أنقص من أعمال البر ذرة


Artinya, “Aku mendengar Abu Bakar Ar-Razi, bahwa ia mendengar Abu Amar Al-Anthaki. Seorang berkata kepada Imam Al-Junaid, ‘Di kalangan ahli makrifat ada sekelompok orang yang mengatakan, ‘Sikap pasif (tidak beramal atau meninggalkan syariat baik dalam hal ibadah maupun penghidupan) sebagai bentuk kebaikan dan ketakwaan.’ Imam Al-Junaid menjawab, ‘Sungguh, ini ucapan sekelompok orang yang mengatakan gugurnya kewajiban. Bagiku ini adalah perkataan luar biasa (yang tidak bertanggung jawab). Orang yang mencuri dan berzina masih lebih baik daripada mereka yang mengatakan demikian karena ahli makrifat itu orang yang memegang teguh amalan (syariat) dari Allah. Kepada-Nya mereka kembali. Andai aku hidup 1000 tahun lagi, niscaya aku tidak akan mengurangi amalku meski sebesar zarrah,’” (Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalatul Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 170).


Dari sini, kita dapat memahami bahwa sufi dan ahli makrifat itu bukan orang yang merasa dekat dengan Allah lalu menjadi pemalas ulung. Sufi dan ahli makrifat merupakan orang-orang yang memiliki semangat beramal ibadah dan etos kerja yang tinggi.


Sayyid Bakri Syatha dalam Kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya mengatakan, umat Islam tidak boleh tertipu dengan kalimat menyesatkan, salah jalan, dan sesat pikir yang menganjurkan untuk meninggalkan syariat bagi mereka yang telah sampai pada derajat hakikat dan makrifat.


“Maknanya, tarekat dan hakikat bergantung pada (pengamalan) syariat. Keduanya takkan tegak dan hasil tanpa syariat. Sekalipun derajat dan kedudukan seseorang sudah mencapai level yang sangat tinggi dan ia termasuk salah satu wali Allah, ibadah yang wajib sebagaimana diamanahkan dalam Al-Qur’an dan sunnah tidak gugur darinya,” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun], halaman 12).


Sayyid Bakri Syatha Ad-Dimyathi mengatakan, pandangan yang mengutamakan hakikat tanpa pelaksanaan syariat merupakan pemahaman keliru, sesat pikir, dan salah jalan. Pasalnya, ketentuan syariat tidak pernah gugur meski dari mereka yang berkedudukan sebagai nabi sekalipun.


ومن زعم أن من صار وليا ووصل إلى الحقيقة سقطت عنه الشريعة فهو ضال مضل ملحد ولم تسقط العبادات عن الأنبياء فضلا عن الأولياء


Artinya, “Siapa saja yang mengira bahwa orang yang telah menjadi wali dan sampai ke level hakikat, ketentuan syariat telah gugur darinya, maka ia adalah orang yang sesat, menyesatkan, dan ingkar-menyimpang. Ibadah wajib tidak pernah gugur dari para nabi, terlebih lagi dari para wali Allah,” (Sayyid Bakri: 12).


Keterangan Sayyid Bakri Syatha Ad-Dimyathi selaras dengan pandangan Imam Al-Junaid Al-Baghdadi yang pernah mengatakan, pintu menuju Allah dari jalan selain syariat telah tertutup. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan).