
Sebagian dari kita bersikap ālancangā mengukur kesalehan orang lain dengan menjatuhkan vonis kewalian dan ketidakwalian orang lain. Ini jelas bukan tugas utama kita. (Ilustrasi: madina365.com)
Alhafiz Kurniawan
Penulis
Kita sering mendengar kata āwaliā atau āwaliyullahā dalam khazanah keislaman, terutama pada kajian tasawuf. Kata ditafsirkan apa saja oleh orang banyak yang umumnya dimaknai sebagai orang yang melekat dengan karamah atau keramat.
Abul Qasim Al-Qusyairi dalam karyanya Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah mengangkat pengertian wali. Ia menyebut dua kemungkinan kandungan makna kata tersebut. Kata āwaliā dapat ditarik ke dalam wazan mubalaghah atau wazan faāÄ«l dengan makna mafāÅ«l.
ŁŲ„Ł ŁŁŁ Ā ŁŁ
Ų§ Ł
Ų¹ŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŁ ŁŲŲŖŁ
Ł Ų£Ł
Ų±ŁŁ: Ų£ŲŲÆŁŁ
Ų§ Ų£Ł ŁŁŁŁ ŁŲ¹ŁŁŲ§Ł Ł
ŲØŲ§ŁŲŗŲ© Ł
Ł Ų§ŁŁŲ§Ų¹ŁŲ ŁŲ§ŁŲ¹ŁŁŁ
Ų ŁŲ§ŁŁŲÆŁŲ± ŁŲŗŁŲ±ŁŲ ŁŁŁŁŁ Ł
Ų¹ŁŲ§Ł: Ł
Ł ŲŖŁŲ§ŁŲŖ Ų·Ų§Ų¹Ų§ŲŖŁ Ł
Ł ŲŗŁŲ± ŲŖŲ®ŁŁ Ł
Ų¹ŲµŁŲ©
Artinya, āJika ditanya, āApa makna wali?ā maka jawabnya, ia mempunyai dua kemungkinan. Pertama, kata āwaliā mengikuti wazan āfaāÄ«lā sebagai mubalaghah dari fÄāil, sejenis makna superlatif (sangat), seperti āalÄ«m,ā āqadÄ«r,ā dan semisalnya sehingga makna wali adalah orang yang ketaatannya terus menerus tanpa tercederai maksiat,ā (Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 191).
Kedua, kata āwaliā bisa juga mengikuti wazan āfaāÄ«lā dengan makna mafāÅ«l seperti kata āqatÄ«lā dengan makna āmaqtÅ«lā (yang dibunuh) dan kata ājarÄ«hā dengan makna āmajrÅ«hā (yang dilukai) sehingga makna wali adalah orang yang dilindungi oleh Allah dengan penjagaan dan pemeliharaan-Nya secara langgeng dan terus menerus. Allah tidak menciptakan baginya kehinaan yang tidak lain kemampuan maksiat. Allah senantiasa memberinya taufiq yang tidak lain kemampuan berbuat ketaatan. Allah berfirman dalam Surat Al-Aāraf ayat 196, āDia melindungi orang-orang yang saleh.ā (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 191).
Ā
Dari pengertian ini, muncul istilah mahfūzh atau orang yang dilindungi oleh Allah bagi para wali, satu tingkat di bawah ma'shum, sejenis perlindungan bagi para nabi dan rasul.
Secara umum para wali Allah dapat dikenali meski tidak mudah dipastikannya. Syekh Zarruq menyebutkan tiga sifat utama para wali Allah. Menurutnya, orang yang memiliki tiga sifat ini mungkin wali Allah:
Ų«Ł
Ų§ŁŁŁŁ ŁŲ¹Ų±Ł ŲØŲ«ŁŲ§Ų«: Ų„ŁŲ«Ų§Ų± Ų§ŁŲŁŲ ŁŲ§ŁŲ„Ų¹Ų±Ų§Ų¶ ع٠اŁŲ®ŁŁŲ ŁŲ§ŁŲŖŲ²Ų§Ł
Ų§ŁŲ³ŁŲ© ŲØŲ§ŁŲµŲÆŁĀ
Artinya, āTetapi waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,ā (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 133).
Adapun Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam-nya menyatakan bahwa wali Allah lebih sulit dikenali daripada Allah itu sendiri. Wali Allah selalu mengantarkan kita kepada Allah. Sedangkan kewaliannya sendiri sulit diidentifikasi.
ŁŲ§Ł Ų±Ų¶Ł Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁ Ų³ŲØŲŲ§Ł Ł
Ł ŁŁ
ŁŲ¬Ų¹Ł Ų§ŁŲÆŁŁŁ Ų¹ŁŁ Ų£ŁŁŁŲ§Ų¦Ł Ų„ŁŲ§ Ł
Ł ŲŁŲ« Ų§ŁŲÆŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŁŁ
ŁŁŲµŁ Ų„ŁŁŁŁ
Ų„ŁŲ§ Ł
Ł Ų£Ų±Ų§ŲÆ Ų£Ł ŁŁŲµŁŁ Ų„ŁŁŁ
Artinya, āMahasuci Allah yang tidak menjadikan tanda bagi para wali-Nya selain tanda yang menunjukkan ada-Nya. Mahasuci Allah yang tidak āmempertemukanā kepada para wali selain orang yang dikehendaki sampai kepada-Nya.ā
Adapun tugas kita di dunia ini memang bukan untuk melakukan sensus mana orang yang dapat disebut sebagai wali atau bukan. Tugas utama kita adalah beribadah kepada Allah dengan tetap menjaga hak-hak muslim lainnya sebagai hamba Allah, termasuk salah satunya husnuzzhan.
Banyak dari kita mengikuti atau bahkan menyebarkan rumor terkait penentuan kewalian seseorang. Sebagian dari kita bersikap ālancangā mengukur kesalehan orang lain dengan menjatuhkan vonis kewalian dan ketidakwalian orang lain. Ini jelas bukan tugas utama kita.
Tugas utama kita adalah ibadah kepada Allah (hablun minallÄh) dan menjaga hak-hak muslim lainnya dan hak-hak dzimmi (hablun minan nÄs). Siapapun dia, kita memiliki kewajiban untuk menghormatinya. Wallahu aālam. (Alhafiz Kurniawan)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
6
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
Terkini
Lihat Semua