Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 51

Sel, 22 Juni 2021 | 00:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 51

Surat Al-Baqarah ayat 51 menceritakan proses pemberian Taurat kepada Nabi Musa AS selama 40 hari sebagai pedoman hidup Bani Israil di zaman Nabi Musa AS.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 51:


وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ


Wa idz wā ‘adnā Mūsā ‘arba‘īna laylatan tsummat takhadztumul ‘ijla min ba’dihī wa antum zhālimūna.


Artinya, “Ingatlah ketika Kami menjanjikan kepada Musa empat puluh malam. Lalu kalian (Bani Israil) menjadikan anak sapi setelah (kepergian)nya. Kalian orang-orang yang zalim,” (Surat Al-Baqarah ayat 51).


Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 51

Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam Kitab Tafsir Al-Munir mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 51 mengisahkan penyeberangan Bani Israil dengan selamat di Laut Merah setelah disiapkan jalan kering yang mereka lalui dan penenggelaman Fir‘aun beserta pengikutnya.


Pembelahan laut merupakan mukjizat Nabi Musa AS sebagaimana mukjizat para nabi yang Allah perlihatkan di tangan mereka agar masyarakat mempercayai mereka.


Mukjizat itu merupakan sunnatullah di alam raya yang diciptakan oleh Allah kapan saja dikehendaki di tangan hamba-hamba pilihan-Nya. Sedangkan Fir’aun dan pasukannya yang mengejar Bani Israil-ketika berada di tengah laut- ditimpakan air oleh Allah sehingga mereka semua tenggelam.


Imam Jalaluddin dalam Kitab Tafsirul Jalalain mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 51 menceritakan proses pemberian Taurat kepada Nabi Musa AS selama 40 hari sebagai pedoman hidup Bani Israil di zaman Nabi Musa AS. Tetapi mereka justru menyembah anak sapi buatan Musa Samiri sepeninggal Nabi Musa menyepi. Karena penyembahan itu mereka tergolong kelompok yang aniaya karena beribadah tidak kepada yang semestinya.


Imam Al-Baidhawi dalam Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 51 berita bahwa ketika Bani Israil kembali ke Mesir setelah Fir’aun binasa, Allah meminta Nabi Musa menyepi di bukit Thur selama 40 hari untuk menerima Taurat, yaitu Dzulqa’dah sebula penuh dan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Tetapi mereka berlaku aniaya dengan tindakan syirik.


Imam Al-Baghowi dalam Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil menyebut akar kata Musa. Dalam Bahasa Ibrani, Musa terdiri atas dua kata. Mu dalam Bahasa Ibrani berarti air. Sedangkan Sya (yang kemudian menjadi sa dalam Bahasa Arab ) berarti pohon. Musa dinamai demikian karena dipungut di bawah pohon dalam aliran sungai.


Surat Al-Baqarah ayat 51 ini menyebut 40 malam, bukan 40 siang karena hitungan bulan di lingkungan bangsa Arab di mana Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka didasarkan pada perhitungan peredaran bulan.


Al-Baghowi mengutip sebagian ahli tafsir yang mengatakan bahwa kegelapan hadir lebih dahulu daripada cahaya. Malam diciptakan lebih dahulu daripada siang sebagaimana keterangan pada Surat Yasin ayat 37.


Imam Al-Baghowi bercerita, ketika selamat dari musuh mereka dan masuk ke sebuah kota, Bani Israil tidak memiliki kitab dan syariat sebagai rujukan beragama mereka. Allah menjanjikan kepada Musa untuk menurunkan Taurat.


“Aku akan pergi memenuhi janji Tuhan kalian. Aku akan datang kepada kalian dengan sebuah kitab yang menjelaskan apa yang harus kalian perbuat dan kalian tinggalkan. Nabi Musa kemudian pergi selama 40 hari, 30 hari Dzulqa’dah dan 10 hari Dzulhijjah. Ia mengangkat saudaranya Harun sebagai imam Bani Israil.


Ketika waktu yang dijanjikan tiba, Jibril datang menjemput Nabi Musa dengan seekor elihat kuda, kuda kehidupan. Apa saja yang tersentuh dengan kuda tersebut akan hidup. Samiri melihat rumput bekas jejak kaki kuda Jibril tumbuh hijau seketika.


Samiri adalah perupa dari Bajrimi. Sahabat Sa’id bin Jubair mengatakan, ia berasal Kirman. Samiri bernama Mikha. Sahabat Ibnu Abbas mengatakan, ia bernama Musa bin Muzhaffar. Qatadah mengatakan, Samiri adalah keturunan Bani Israil dari qabilah Samirah. Ia termasuk munafikin di tengah Bani Israil yang menyatakan keislamannya. Ia tergolong orang yang menyembah sapi.


“Ini pasti memiliki kekuatan luar biasa,” kata Samiri.


Samiri kemudian mengambil segenggam tanah bekas jejak kuda Jibril AS. Tanah ini yang kemudian dilempar ke anak sapi yang dibuat selama tiga hari oleh Samiri dari logam perhiasan Bani Israil sebagai rampasan dari Firaun. Jadilah kemudian anak sapi yang terbuat dari emas dengan bentuk yang bagus dan memiliki suara serta berjalan seakan makhluk hidup.


Setelah lewat 20 hari Nabi Musa tidak kembali, kekacauan di tengah Bani Israil mulai terjadi. Samiri kemudian mendeklarasikan anak sapi sebagai tuhan sebagaimana Surat Thaha ayat 88. “Ini tuhan kalian dan tuhan Musa, tetapi dia lupa,” kata Samiri. Tetapi sayangnya, Musa meninggalkan tuhannya di sini dan keluar mencarinya.


Bani Israil mengingkari janji. Mereka menghitung satu hari berlalu sebagai dua hari. Ketika lewat 20 hari Nabi Musa, kekacauan terjadi di tengah Bani Israil.


Ada juga ulama tafsir yang menyebutkan, Nabi Musa AS menjanjikan mereka selama 30 hari. Ketika masa menyepi Nabi Musa diperpanjang 10 hari lagi sebagaimana keterangan Surat Al-A’raf ayat 142, kekacauan terjadi pada 10 hari terakhir. Sementara Nabi Musa tidak juga kembali. Mereka mengira Nabi Musa telah wafat. Sedangkan mereka menyaksikan anak sapi tersebut dan telah mendengarkan perintah Samiri. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)