Tafsir

Tafsir Al-Qadr Ayat 5: Keberkahan Malam Lailatul Qadar

Kam, 22 Desember 2022 | 05:00 WIB

Tafsir Al-Qadr Ayat 5: Keberkahan Malam Lailatul Qadar

Tafsir Al-Qadr Ayat 5: Keberkahan ةalam Lailatul Qadr

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Qadr ayat 5:
 

 

سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

 

Salāmun hiya ḥattā maṭla’il-fajr.

 

Artinya: "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."


 

Ragam Tafsir surat Al-Qadr Ayat 5

Ayat ini menjelaskan aspek ke-3, yaitu keutamaan dan kemuliaan malam Lailatul Qadr yang dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Qadr.


Imam Jalaluddin Al-Mahalli menjelaskan bahwa tarkib kata "salāmun" dalam ayat adalah "khabar muqaddam", sedangkan mubtada'nya adalah kata setelahnya yaitu "hiya". Tarkib semacam ini, yakni mendahulukan khabar dan mengakhirkan mubtada', mempuyai faidah al-hasyr (meringkas atau membatasi), sehingga perkiraan maknanya adalah  ما هى الا سلام  "Malam itu (Lailatul Qadr) hanya ada kesejahteraan".


 


Imam As-Shawi dalam tafsirnya mengatakan bahwa dhamir "hiya" pada ayat bisa kembali pada lafal "al-malaikah" ,sedangkan سلام bermakna التسليم, kemudian menjadi: إن الملائكة يسلمون على المؤمنين, yang artinya "sesungguhnya para malaikat menyampaikan salam atau penghormatan kepada orang-orang mukmin".

 


Bisa juga dhamir kembali pada lafal "lailatul qadr" kata salam juga bermaka taslim sehingga menjadi:


 

إن الليلة ذات تسليم من الملائكة على المؤمنين أو على بعضهم بعضا


 

Artinya, "Sesungguhnya malam itu penuh dengan salam dari malaikat kepada orang orang mukmin atau kepada malaikat yang lain." 



Bisa juga dari aspek ini, kata سلام bermakna سلامة yakni:



إن ليلة القدر ذات سلامة من كل شر



Artinya, "Sesunguhnya malam Lailatul Qadr itu penuh keselamatan dari segala keburukan." (Ahmad bin Muhammad As-Shawi, Tafsir Jalalain dan Hasyiyah As-Shawi, [Surabaya, Dar Ilmi], juz IV halaman 453).
 

 

Imam Al-Qurthubi (wafat 671 H) menjelaskan ayat ini:



أَيْ لَيْلَةُ الْقَدْرِ سَلَامَةٌ وَخَيْرٌ كُلُّهَا لَا شَرَّ فِيهَا. حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ أَيْ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ



Artinya, "Yakni, malam Lailatul Qadr itu seluruhnya keselamatan dan kebaikan,  tidak ada keburukan di malam itu sampai terbitnya fajar."

 


Beliau menguatkan pendapatnya dengan menampilkan beberapa pendapat terkait itu. Di antatanya menurut Ad-Dhahak: "Di malam itu Allah tidak menakdirkan kecuali keselamatan, di mana pada malam-malam lainya Allah menetapkan adanya cobaan, musibah dan keselamatan." Dalam pendapat lain disebutkan: "Malam Lailatul Qadr adalah malam keselamatan dari pengaruh setan yang mempengaruhi orang-orang mukmin." Imam Mujahid berkata: Malam Lailatul Qadr itu adalah malam keselamatan, di mana setan pada malam itu tidak mampu berbuat kejelekan dan menyakiti." (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 134).



Sementara Syekh Nawawi Banten (wafat 1316 H) mempunyai pandangan penafsiran yang berbeda, berikut lengkapnya:



أي أن الملائكة ينزلون فوجا فوجا من ابتداء الليل إلى طلوع الفجر فترادف النزول لكثرة سلامهم على أهل الصوم والصلاة من أمة محمد صلّى الله عليه وسلّم تلك الليلة


 

Artinya, "Yakni, sesungguhnya malaikat turun secara berkelompok-kelompok dari awalnya malam sampai terbit fajar. Turunnya malaikat secara berturut-turut itu karena banyaknya salam yang mereka sampaikan kepada ahli puasa dan shalat dari umat Nabi Muhammad saw, di malam itu."



Beliau juga menyebutkan pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadr dari awal sampai terbitnya fajar selamat dari perbedaan dan kekurangan. Ibadah di bagian waktu manapun lebih baik dari pada seribu bulan. Malam Lailatul Qadr tidak seperti malam-malam lainya di mana pada malam-malam lain ada kesunahan tersendiri terkait waktu, semisal sepetiga malam pertama disunahakan untuk shalat fardhu, pertengahan malam untuk shalat sunah dan waktu sahur untuk berdoa, nah pada malam lailatul qadr semua waktunya itu sama. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl, [Surabaya, al-Hidayah], juz II, halaman 466).



Syekh Mustafa al-Maraghi (wafat 1371 H) menafsirkan ayat ke 5 ini :



أي هذه الليلة التي حفّها الخير بنزول القرآن، وشهود ملائكة الرحمن، ليلة كلها سلامة وأمن، وكلها خير وبركة، من مبدئها إلى نهايتها ففيها فرّج الله الكرب عن نبيه، وفتح له سبل الهداية والإرشاد




Artinya, "Yakni, Malam itu di mana kebaikan mengelilinginya dengan diturunkannya Al-Qur'an dan menyaksikannya para malaikat Rahman merupakan malam yang ke seluruhnya adalah keselamatan, kesejahteraan, kebaikan dan keberkahan dari permulaan sampai berakhirnya malam. Di malam itu Allah menghilangkan kesusahan Nabi-Nya dan Allah bukakan untuknya jalan hidayah dan petunjuk." Wallahu a'lam. (Ahmad bin Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], juz XXX, halaman 210).

`
 

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo.