Sirah Nabawiyah

Pentingnya Membaca Sejarah Hidup Nabi Muhammad

Kam, 3 Juni 2021 | 08:45 WIB

Pentingnya Membaca Sejarah Hidup Nabi Muhammad

Ilustrasi Muhammad Rasulullah. (Foto: NU Online)

Membaca sejarah hidup Nabi Muhammad saw bukan sebatas untuk mengeja nama-nama peristiwa, tempat, tanggal dan hal-hal formalis-tekstualis lainnya. Tapi, ada tujuan dan nilai yang lebih substantif dari setiap peristiwa masa lalu, di mana Rasulullah saw menjadi figur utamanya.


Sejarah hidup Nabi Muhammad saw atau biasa diistilahkan sebagai Sirah Nabawiyah, merupakan serangkaian kisah hidup Nabi Muhammad saw dari mulai beliau lahir sampai tutup usia. Bahkan, beberapa sejarawan menuliskan jauh sejak sebelum kelahiran Baginda Nabi.


Untuk menyebutkan beberapa rekomendasi bacaan kitab (buku) Sirah Nabawiyah, Syekh Musthafa as-Shiba'i menyebutkan beberapa di antaranya Sirah Ibnu Hisyam karya Ibnu Hisyam al-Himyari (w. 213/ 2018 H), Tabaqat Ibnu Sa'ad karya Ibnu Sa'ad al-Zuhri (w. 230 H), Tarikh at-Thabari karya Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H), Dalail al-Nubuwwah karya Al-Ashfihani, Syamail al-Muhammadiyyah karya Al-Tirmidzi, dan masih banyak lagi. (lihat Musthafa as-Shiba'i, Sirah Nabawiyah Durus wa 'Ibar, hal. 29-31)


Sebetulnya, sebelum kitab-kitab di atas, penulisan Sirah Nabawiyah sudah lebih dulu dilakukan oleh para ulama yang tercatat sebagai penulis sejarah Nabi saw generasi pertama. Mereka adalah Urwah bin Zubair (w. 92 H), Aban bin Utsman (w. 105 H), Wahab bin Munabbih (w. 110 H), Syurahbil bin Sa'ad (w. 123 H), dan Ibnu Syihab az-Zuhri (w. 124 H).


Hanya saja, karya generasi awal tersebut hilang dimakan zaman dan tidak ditemukan sampai hari ini (lihat Fiqh al-Sirah, hal. 26)

 

Kalau dari penulis sendiri merekomendasikan kitab Rahiq al-Makhtum karya Safyurrahman al-Mubarakfuri. Kitab Sirah Nabawiyah modern yang padat dan lengkap. Kitab ini dianugerahi sebagai juara pertama dalam penulisan sejarah hidup Nabi Muhammad saw oleh Liga Muslim Dunia, di Islamic Conference on Seerah.


Lalu, apa sih tujuan membaca sejarah hidup Rasulullah saw? Untuk mengenal nama peristiwa lengkap tanggal dan tempatnya? Atau apa?

 

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menegaskan, membaca sejarah –termasuk sejarah hidup Nabi Muhammad saw– bukan sebatas untuk mengetahui hal-hal tekstual di atas. Membaca sejarah memang tidak bisa lepas dari nama peristiwa, tanggal, tempat dan persoalan tekstual lainnya. Tapi, di balik data-data tersebut, ada perkara substantif yang bisa kita petik.


Dalam kitab Fiqh al-Sirah (hal 21-22), Syekh Sa'id Ramadhan al-Buthi (w. 2013 M) menjelaskan tujuan-tujuan yang lebih pokok dalam mempelajari sejarah hidup Rasulullah saw. Beliau menyampaikan, setidaknya ada lima tujuan yang perlu kita terapkan dalam membaca Sirah Nabawiyah.


Pertama, memahami kepribadian Rasulullah saw melalui perjalanan hidup beliau. Hal ini penting karena tidak saja memperkenalkan Rasulullah sebagai sosok jenius dan terpandang di tengah kaumnya, tetapi juga mengetahui Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah yang dilegitimasi dengan wahyu yang turun langsung dari Kehadirat-Nya.


Kedua, dengan mengetahui kisah hidup Rasulullah saw, seseorang akan menemukan sosok teladan yang yang luhur dalam segala aspek kehidupan. Tidak diragukan lagi, segala laku kehidupan telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Hal itu sudah Allah tegaskan dalam ayat al-Qur'an yang berbunyi,


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ


Artinya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-Ahzab [33]: 21)


Menafsiri ayat di atas, Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa ayat ini merupakan dasar yang paling penting dalam menjadikan Rasulullah sebagai panutan. Baik dalam ucapan, perbuatan dan segala liku kehidupan. Oleh karena itu, Allah swt memerintahkan manusia untuk mengikuti Nabi saw saat perang Ahzab dalam hal kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti jalan keluar dari Allah swt. (lihat Tafsir Ibnu Katsir, juz 3, hal. 483)


Ketiga, mempermudah dalam memahami al-Qur'an, karena sebagian besar ayat al-Qur'an telah dijelaskan oleh hadits-hadits Nabi. Kisah Sa’ad bin Hisyam bin Amir menegaskan akan hal ini. Suatu ketika Sa'ad bertanya pada Siti 'Aisyah tentang akhlak Rasulullah. Lalu Siti 'Aisyah menjawab,


كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ)


Artinya, "Akhlak beliau adalah al-Qur'an, apakah kamu tidak membaca al-Qur'an, Firman Allah Azza wa Jalla: (وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ) dan sesungguhnya engkau di atas budi pekerti yang agung.” (HR. Ahmad)


Keempat, dengan mempelajari kisah hidup Rasulullah saw, seseorang akan mampu melihat potret teladan yang lengkap dalam ajaran Islam. Baik dalam persoalan akidah, hukum, maupun akhlak. Ketiga komponen itu sudah pasti ada dalam diri Nabi saw.


Kelima, teladan bagi para da'i (juru dakwah) dalam kehidupan Rasulullah. Kita tahu, Rasulullah saw diutus sebagai juru dakwah di tengah-tengah umatnya. Rasulullah saw merupakan da'i paling berhasil sepanjang sejarah. Bahkan, Syekh Musthafa as-Shiba'i menyusun kitab sejarah Nabi saw yang menguraikan poin-poin pelajaran yang bisa dijadikan contoh bagi para juru dakwah dalam kitab yang berjudul Sirah al-Nabawiyah Durus wa 'Ibar.


Demikianlah beberapa tujuan penting yang menjadi acuan dalam mempelajari kisah hidup Nabi Muhammad saw. Mengkaji Sirah Nabawiyah, berarti mengkaji seluruh detail kehidupan sosok teragung dengan teladan hidup yang lengkap untuk setiap napas kehidupan.


Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon